Ini Katalis Jangka Menengah Indonesia Menurut DBS Group Research

- 24 Februari 2023, 12:03 WIB
Bank DBS Indonesia
Bank DBS Indonesia /

SEPUTAR CIBUBUR - DBS Group Research menyatakan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh 5,3% pada 2022, laju tercepat dalam sembilan tahun. Semua pendorong pertumbuhan utama telah kembali ke tingkat pra-pandemi, dengan produk domestik bruto (PDB) tahunan yang telah disesuaikan secara musiman naik 7%, konsumsi 4%, dan ekspor mencatat kenaikan terbesar, yaitu 30%, jika dibandingkan dengan akhir 2019.   

Selagi Indonesia keluar dari pandemi, kondisi menguntungkan dari harga komoditas yang sedang berada di titik tertinggi dan berbagai upaya baik yang dilakukan oleh pemerintah telah memberikan dampak menguntungkan terhadap momentum pertumbuhan jangka pendek maupun menengah. Itu termasuk penanganan pandemi yang efisien yang meliputi peluncuran vaksinasi dan paket stimulus untuk mendukung perekonomian. 

Grafik GDB dan konsumsi rumah tangga. Sumber: DBS Group Research
Grafik GDB dan konsumsi rumah tangga. Sumber: DBS Group Research
Terlepas dari fluktuasi data frekuensi tinggi, Radhika Rao, Senior Economist, DBS Group Research dan Maynard Priajaya Arif, Head of Research, DBS Group dalam keterangan tulisnya di Jakarta, Kamis (23/2/2023), memperkirakan pertumbuhan Indonesia stabil di sekitar angka 5% pada 2023, kembali ke rata-rata lima tahun sebelum pandemi pada 2015-2019. Ada perkembangan struktural yang sedang berlangsung, yang manfaatnya kemungkinan besar dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dalam beberapa tahun ke depan.  

Peningkatan FDI dan dorongan nilai tambah pada komoditas

Setelah perjalanan tidak mulus selama 2020-2021, arus investasi domestik dan asing meningkat tajam pada 2022. Total FDI khususnya melonjak 47% secara tahunan pada tahun lalu, menjadi US$45,6 miliar. Di antara sektor utama, logam dasar dan pertambangan menyaksikan arus masuk kuat dengan Singapura, Tiongkok, dan Hongkong muncul sebagai investor utama. Dengan dorongan ini, target 2022 keseluruhan untuk total investasi tercapai, di angka IDR 1.207,2 triliun (Indonesia: Strong FDI beat). Target 2023 ditetapkan Rp1.400 triliun. 

Yang menggembirakan, penyebaran investasi asing (terwujud) per provinsi menjadi lebih luas. Jawa masih menikmati hampir setengah dari aliran investasi, tetapi porsinya secara total terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Porsi kue investasi lebih besar mengalir ke provinsi, seperti, Sumatera dan Sulawesi. Porsi Sulawesi meningkat, dari ~5% pada 2015 menjadi ~17% pada tahun lalu, sejalan dengan semakin pentingnya komoditas, terutama nikel, yang telah menarik minat investor asing di seluruh rantai nilai. Sumatera adalah daya tarik utama lain karena melimpahnya komoditas pertanian, termasuk kelapa sawit, karet, dan kopi.

Baca Juga: Perkuat Posisi Bank of Choice, Bank DBS Bertransisi Menuju Keberlanjutan

Arus masuk dana asing

Grafik realisasi investasi asing. Sumber: DBS Group Research
Grafik realisasi investasi asing. Sumber: DBS Group Research
Peningkatan arus masuk dana asing secara bertahap dapat disaksikan di tiga kelompok industri – primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan besar, misalnya, antara 2020 dan 2022, terjadi di sektor primer dan sekunder, ke pertambangan, industri logam dasar dan barang logam, bahan kimia, selain tersier (real estate dan kegiatan usaha).

Salah satu alasan utama di balik lonjakan FDI ini adalah peralihan bersama ke komoditas hilir, smelter, dan aktivitas terkait. Tujuh belas smelter dibangun sejak 2021, dengan 31 smelter lagi dalam proses pembangunan. Dari jumlah tersebut, jumlah total proyek dan realisasi investasi tertinggi tercatat di nikel. Sebagai pilihan kebijakan untuk beralih dari ekspor bijih dan menghasilkan produk dengan nilai jual lebih tinggi, pembatasan ekspor bijih nikel mentah menyebabkan peningkatan tajam dalam pembangunan smelter untuk memproduksi feronikel olahan dan besi mentah mengandung nikel, bahan utama untuk produksi baja tahan karat. Cadangan nikel domestik merupakan yang terbesar di dunia, sebesar ~21 juta meganewton, atau 23,7% dari cadangan global.

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x