Bursa Asia Pasifik bergerak variatif. Kemarin bursa regional Asia Pasifik mengalami pergerakan beragam. Investor terus menilai dampak masalah perbankan di Amerika Serikat dan Eropa. Saham Deutsche Bank ditutup melemah pada akhir pekan setelah credit default swaps-nya naik, menambah ketakutan akan penyebaran dari kekacauan sektor perbankan.
Hang Seng terkoreksi signifikan 1,75% sementara di sisi lain STI Index menguat 0,82%. Hong Kong melaporkan defisit neraca perdagangan (balance of trade) pada Februari 2023 sejumlah HKD 45,4 miliar.
Harga minyak naik pada hari Senin dibantu oleh langkah-langkah untuk mengatasi potensi krisis perbankan dan setelah Irak terpaksa menghentikan sebagian ekspor minyak mentahnya dari wilayah semi-otonom Kurdistan.
Minyak mentah jenis Brent naik $3,13, atau 4,17%, menjadi $78,12 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik $3,63, atau 5,24%, menjadi $72,89.
Harga emas turun lebih dari 1% pada perdagangan Senin setelah kekhawatiran terhadap krisis di sektor perbankan mereda dan investor mulai berani untuk mengurangi perdagangan safe-haven dan beralih pada aset yang lebih berisiko seperti ekuitas dan minyak mentah.
Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada awal perdagangan pekan ini. Pelemahan rupiah disinyalir karena nada hawkish The Fed kembali bergema dan lesunya rilis data ekonomi China. Pada perdagangan hari Senin, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,07% ke level Rp15.163 per dolar AS. Sedangkan, rupiah Jisdor mampu menguat 0,09% ke level Rp15.174 per dolar AS.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sebagai bendahara negara mengelola aset negara hingga akhir tahun 2022 mencapai Rp12.271,56 triliun. Total aset yang dikelola tersebut meningkat 7,13% dibandingkan tahun 2021 yang mencapai Rp11.454,6 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pada tahun lalu kewajiban negara mencapai Rp8.741,9 triliun dan ekuitas Rp3.529,6 triliun. Sementara itu, dibandingkan dengan tahun 2015, Kemenkeu mengelola aset negara sebesar Rp5.163,3 triliun, kewajiban Rp3.493,5 triliun, dan ekuitas Rp1.669,8 triliun.***