Sejumlah Negara Rame-Rame Dedolarisasi, Begini Penjelasan Pengamat

- 6 Juni 2023, 17:58 WIB
Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta menggelar kuliah umum dengan topik “Dedolarisasi: Paradigma & Aksi”. Foto: FBE UAJY
Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta menggelar kuliah umum dengan topik “Dedolarisasi: Paradigma & Aksi”. Foto: FBE UAJY /

SEPUTAR CIBUBUR  -  Sejumlah negara mulai meninggalkan dolar AS sebagai mata uang dalam transaksi internasional atau dedolarisasi. Bagaimana prospek dedolarisasi ke depan, Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FBE UAJY) menggelar kuliah umum dengan topik “Dedolarisasi: Paradigma & Aksi”.

Kuliah umum yang disenggarakan  di Kampus FBE UAJY, Senin, 5 Juni 2023 ini menghadirkan narasumber Bhima Yudhistira Adinegara, Direktur Ekesekutif CELIOS/Center of Economic and Law Studies) dengan moderator Mario Rosario Wisnu Aji, Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY.

Kaprodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY Y Sri Susilo dalam sambutan pengantar mengatakan, mata uang nasional mulai menggantikan dolar AS dalam berbagai transaksi internasional. Berpalingnya sejumlah negara dari dolar AS disinyalir diawali oleh sanksi AS kepada Rusia dan beberapa negara lain.

Baca Juga: Terus Berinovasi, UAJY Siapkan Platform Ini buat Dosen dan Mahasiswa

“Negara-negara tersebut pun mencari mata uang alternatif selain dolar AS, contohnya Rusia, Brasil, China, dan India,” tutur Sri Susilo.

Bhima Yudhistira Adinegara, Direktur Ekesekutif CELIOS/Center of Economic and Law Studies). Foto: FBE UAJY
Bhima Yudhistira Adinegara, Direktur Ekesekutif CELIOS/Center of Economic and Law Studies). Foto: FBE UAJY
Mengawali kuliahnya, BhimaYudhistira mengatakan bahwa dedolarisasi adalah upaya mengganti dominasi dollar AS dalam transaksi perdagangan internasional, investasi asing hingga kurs acuan dalam kebijakan anggaran di suatu negara.

Bhima menjelaskan manfaat dedolarisasi adalah pertama, Mengurangi fluktuasi nilai tukar. Kedua, Meningkatkan hubungan bilateral/ regional dengan negara non-AS.

Selanjutnya, Meningkatkan volume perdagangan dengan negara alternatif. Keempat, Efisiensi dalam transaksi bilateral. Kelima, Dapat melepaskan diri dari dikte kebijakan AS.

Baca Juga: Lantik Wakil Rektor 2023-2027, Rektor UAJY: Lanjutkan dan Tingkatkan Prestasi

Berkaitan dengan dedolarisasi maka alumnus FEB UGM dan Universitas Bradford, Inggris ini memberikan contoh eksportir CPO yang sebagian besar menerima dolar AS, saat ini mulai difasilitasi mata uang lokal seperti Ringgit, Bath dan mata uang lainnya (Local Currency Settlement) meski masih terbatas.

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x