SEPUTAR CIBUBUR - Para pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin mengatakan junta militer Myanmar sedang melancarkan kampanye teror online dan menggunakan platform media sosial untuk menghancurkan oposisi prodemokrasi.
"Retorika online sudah meluas menjadi teror dunia nyata di mana para pendukung militer menggunakan media sosial untuk melecehkan dan menghasut kekerasan terhadap aktivis prodemokrasi dan pembela hak asasi manusia," kata PBB dalam sebuah pernyataan.
"Perempuan menjadi sasarannya dan mereka sangat dirugikan."
Baca Juga: Menlu Ukraina Desak Jerman Percepat Pengiriman Amunisi Perang dan Latih Pilot Jet Tempur
Para ahli mengatakan bahwa akun-akun media sosial projunta aktif menggunakan retorika penuh kebencian, seksual dan diskriminatif dalam upaya menjatuhkan para aktivis perempuan dan pembela hak asasi manusia.
"Pelecehan gender telah menyebabkan banyak perempuan menghentikan aktivitas online mereka dan mundur dari kehidupan bermasyarakat," kata PBB.
Para pakar PBB memperingatkan bahwa aplikasi perpesanan dan media sosial – khususnya Telegram – menjadi sarang aktivitas promiliter.
Baca Juga: AS Memperingatkan China Agar Tidak Memberikan Bantuan Senjata untuk Perang Rusia di Ukraina
"Sejak kudeta, aktor-aktor projunta diuntungkan oleh pendekatan Telegram yang lemah terhadap moderasi konten dan kesenjangan dalam ketentuan layanannya."