Ketum JMSI: Pers Nasional Wajib Kembangkan Hubungan Positif AntarBangsa

- 27 Maret 2023, 07:09 WIB
Duta Besar Sudan, Yassir Mohammed Ali, ketika bertemu Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Teguh Santosa, di Kedubes Sudan di Kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat siang (24/3/2023). Foto: JMSI
Duta Besar Sudan, Yassir Mohammed Ali, ketika bertemu Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Teguh Santosa, di Kedubes Sudan di Kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat siang (24/3/2023). Foto: JMSI /

Hubungan Indonesia dan Sudan telah terjalin sejak lama. Di awal abad ke-20, ulama Makah yang berasal dari Sudan, Syeikh Ahmed Surkati Al Anshori, berkunjung dan menetap di Indonesia atas undangan Jamiat Kheir di Tanah Abang, Jakarta. Ia datang bersama dua sahabatnya, Syeikh Muhammad Tayyib Al Maghribi dan Syeikh Muhammad bin Abdulhamid Al Sudani.

Di Indonesia, Syeikh Ahmed Surkati Al Anshori mendirikan organisasi bergerak di bidang pendidikan dan dakwah. Pada tahun 1914 organisasi itu diresmikan dengan nama Al Irsyad Al Islamiyyah, dan masih eksis sampai saat ini. Di antara ulama Indonesia yang mendukung kehadiran Syeikh Ahmed Surkati pada masa itu adalah pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, dan pendiri Persatuan Islam (Persis) KH Zamzam dan KH Ahmad Hassan.

Presiden Sukarno juga memiliki simpati tersendiri pada Sudan. Ketika Konferensi Asia Afrika (KAA) di bulan April 1955, delegasi Sudan yang dipimpin Ismail Al Azhari hadir sebagai bagian dari delegasi Mesir. Di arena KAA, Bung Karno menyediakan meja khusus untuk Sudan yang terpisah dengan Mesir. Di atas meja itu panitia KAA memasang bendera putih bertuliskan Sudan. Setahun setelah KAA, Sudan merdeka dari Mesir dan Ismail Al Azhari menjadi presiden pertama negara di timur Afrika yang bersisian dengan Laut Merah itu. (Lucius GK)

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x