SEPUTAR CIBUBUR - Krisis politik dan keamanan di Sudan hingga kini masih berlangsung. Serangan udara, tank, dan artileri mengguncang Ibu Kota Sudan , Khartoum, dan kota terdekat Bahri kemarin.
Ratusan orang telah terbunuh dan puluhan ribu telah melarikan diri untuk menyelamatkan hidupnya. Tak hanya penduduk setempat, warga negara asing, termasuk Amerika Serikat (AS) berupaya keras meninggalkan negara di Afrika itu.
Namun sayangnya, warga AS yang kini berada di tengah perebutan kekuasaan antara militer dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) itu harus menelan kekecewaan dan amarah memuncak.
sudahBaca Juga: Puan: Keselamatan WNI Harus Jadi Prioritas dalam Evakuasi di Sudan
Mereka merasa ditelantarkan oleh pemerintahnya dan dibiarkan menangani situasi rumit dan berbahaya itu sendirian. Pemerintah AS dinilai lamban merespon situasi genting yang membahayakan jiwa warganya di Sudan.
Kantor berita CNN melaporkan, kendati sejumlah negara mengevakuasi warga mereka, namun Pemerintah AS terus mengatakan bahwa kondisinya tidak kondusif untuk melaksanakan evakuasi sipil.
Dalam laporan tersebut dinyatakan semua personel Pemerintah AS telah dievakuasi dalam sebuah operasi militer pada akhir pekan ini.
Baca Juga: BSI Maslahat Salurkan Zakat Fitrah dan Paket Lebaran 1444 H untuk Dhuafa