Renungan Malam Kristiani: Dua Macam Pelita

15 Juni 2024, 19:24 WIB
Ilustrasi lampu/freepick.com/@teksomolika /

SEPUTAR CIBUBUR- Ayat renungan firman Tuhan pada saat ini terdapat dalam Injil Lukas 8:16 tertulis demikian:

“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya.”

Di bagian kiri dan kanan dari sayap pesawat ada lampu strobo yang menyala secara berkala. Tujuannya adalah supaya pesawat dapat dilihat oleh menara ATC.

Baca Juga: Renungan Malam Kristiani: Mengapa Ada Ujian?

Lampu strobo ini dapat dilihat hingga jarak 16km dan inilah lampu yang biasanya kita lihat dari darat ketika pesawat sedang akan menuju landasan untuk mendarat.

Lampu ini nampaknya kecil tapi dampaknya begitu luar biasa. Ibarat seperti lampu, kita juga adalah lampu, kita juga adalah pelita. Tuhan Yesus menyatakan bahwa kita semua adalah terang bagi dunia ini.

Sebuah lampu sekecil apapun itu pasti akan nampak dari jauh, dan lampu ketika dinyalakan tidak mungkin akan ditutupi, tapi akan dibiarkan menyala supaya terangnya dapat menerangi semua.

Baca Juga: Jelang PON XXI Aceh-Sumut 2024, Progres Stadion Utama Sumatra Utara Sudah Mencapai 50 persen

Sebagai orang-orang percaya kita adalah terang Kristus yang menyala di dalam dunia yang gelap ini.

Tapi kita perhatikan disini ada orang-orang yang tidak berani memancarkan terangnya.

Ada orang-orang yang sebagai terang justru menutupi terang itu, tidak mau nampak, tidak ingin kelihatan, sehingga akhirnya menjadi sama dengan kegelapan. Dari ayat ini kita mengerti ada dua macam pelita:

Pertama adalah pelita yang ditutup dan yang kedua adalah pelita yang dibiarkan terbuka.

Pelita yang tertutup berbicara tentang sikap kita yang merasa nyaman untuk menyembunyikan terang kita. Kita takut, kita malu untuk menunjukkan siapa identitas kita sebenarnya.

Kita memilih untuk bersembunyi di bawah bayang-bayang ketakutan. Kita bersembunyi karena merasa takut dikucilkan.

Akibatnya terang yang ada dalam diri kita, yaitu terang Kristus menjadi sia-sia karena tidak dapat dilihat dan tidak dapat dirasakan oleh orang-orang lain.

Berbeda dengan pelita yang tertutup, pelita yang terbuka berbicara tentang sikap yang berani, sikap yang mau memancarkan terang Tuhan bagi orang-orang di sekitar kita.

Terang dan cahaya Kristus itu memancar lewat perbuatan baik kita, lewat kata-kata kita yang membangun, lewat sikap kita yang memberikan teladan baik kepada orang lain.

Akibatnya orang-orang di sekitar kita dapat melihat cahaya kemuliaan Tuhan melalui kehidupan kita.

Kita dipanggil untuk menjadi terang-Nya, dan karena itu jangan kita sembunyikan terang Tuhan.

Jangan kita malu mengakui diri kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Kristus, baik di sekolah, di tempat kerja, dalam lingkungan masyarakat dan dimanapun kita berada.

Biarlah kita menjadi terang Tuhan, menjadi pelita yang memancarkan terang kasih Tuhan.

Dimulai dari dalam keluarga kita dan kemudian kepada orang-orang dalam lingkungan yang lebih luas, sehingga orang-orang dapat mengenal Tuhan dan merasakan kebaikan Tuhan melalui kehidupan kita.***

 

Sumber: Renungan Malam

Editor: Ruth Tobing

Tags

Terkini

Terpopuler