SEPUTAR CIBUBUR - Pada penutupan Jumat minggu lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 6.758. IHSG melemah sebesar -1,32%. Community Lead IPOT, Angga Septianus menjelaskan pelemahan ini terpengaruh 2 sektor yang menjadi top losers pada minggu lalu yakni IDX Technology yang melemah sebesar -5,13% terpengaruh pelemahan DMMX, BUKA, dan GOTO, dan sektor IDX Basic yang melemah sebesar -2,13% terpengaruh pelemahan INCO, PSAB, dan ESSA.
Sementara itu, 2 sektor yang menjadi top gainers pada minggu lalu yakni sektor IDX Health yang naik sebesar +1,61% tertopang saham MIKA, SILO, PRDA dan sektor IDX Consumer Non-Cyclicals yang naik sebesar +1,42% tertopang saham CPIN, WIIM dan ICBP.
Angga menjelaskan ada sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG pada minggu lalu yakni Harga WTI Crude Oil dan sederet isu dari AS. Pada pekan lalu harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik tipis 4 sen atau 0,05% menjadi US$85,53 per barel dan harga minyak mentah Brent naik 9 sen atau 0,1% pada US$89,92 per barel.
Baca Juga: Tren IHSG Cenderung Melemah, Berikut 5 Saham Layak Trading
"Kenaikan ini tersulut perang Israel-Hamas yang masih berkecamuk, US airstrike pada gudang amunisi militer Iran di Suriah dan respon atas serangan drone dan roket ke US military base di Irak dan Suriah," terangnya di Jakarta, Senin (30/10/2023).
Ada pun sentimen lainnya dari AS adalah inventory crude oil yang meningkat dari -4,4 juta barrel di 13 Oktober menjadi +1,3 juta barrel di 20 Oktober 2023 serta GDP Q3 yang naik +4,9% di atas konsensus +4,3%.
Sentimen Minggu Ini
Sementara itu sentimen eksternal dan internal pada minggu ini yang wajib pula dicermati yakni dari Amerika Serikat ada S&P Global Manufacturing PMI dengan konsensus 50 yang didukung consumer spending dan pasar tenaga kerja yang kuat. Ada pula suku bunga yang diprediksi tetap di 5,5% dan unemployment rate yang diprediksi akan tetap di 3,8% sama seperti pada September lalu.
Adapun sentimen internal dari dalam negeri yakni ekspektasi GDP Growth Rate yang positif didukung output dari mining, manufacturing, retail dan transport yang meningkat, inflasi rate Oktober yang diprediksi meningkat ke 2,6% setelah turun drastis pada September di 2,28% dibandingkan 3,27% di Agustus.