Tren IHSG Cenderung Melemah, Berikut 5 Saham Layak Trading

- 17 Oktober 2023, 17:04 WIB
Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: Lucius GK
Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: Lucius GK /

SEPUTAR CIBUBUR – Meski ditutup menguat pada akhir perdagangan minggu lalu pada Jumat, 13 Oktober 2023 di level 6.926 atau naik 0,76%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sebut Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani, belum mampu untuk kembali ditutup di atas MA20-nya.

"Hal ini mengindikasikan tren jangka pendek yang masih cenderung melemah," terang Dimas di Jakarta, Senin. 16 Oktober 2023.

Ia menjelaskan penguatan IHSG pada minggu lalu tertopang sektor IDX Infrastructure dan IDX Energy yang menjadi top gainers. Movers IDX Infrastructure adalah JSMR yang naik 10% dalam seminggu terakhir, sehubungan dengan adanya sentimen perihal aksi korporasi, dimana sovereign wealth fund asal Indonesia dan Singapura yakni INA dan Singapore GIC Pte Ltd berencana untuk mengakuisisi 35% saham di Jasamarga Transjawa Tol sebagai bagian strategi pendanaan berbasis equity oleh perusahaan yang akan digunakan untuk pendanaan jangka panjang perusahaan.

Sementara itu sektor yang menyandera laju IHSG sekaligus menjadi top losers-nya pada minggu lalu yakni IDX Techno dan IDX Non-Cyclical. Di sektor IDX Techno ada GOTO yang turun hingga -20% dalam seminggu terakhir, sementara itu di sektor IDX Non-Cyclical ada INDF, UNVR, ICBP yang masing-masing turun -2%, -3%, dan -5% yang disebabkan aksi jual investor asing. UNVR dijual 38 Bio, ICBP 30 Bio, dan INDF 29 Bio.

Baca Juga: IHSG Konsolidasi, IPOT Rekomendasikan 5 Saham Ini

Menurut Dimas, ada 3 sentimen yang memengaruhi market pada minggu lalu yakni tingkat inflasi AS pada September, GOTO breakdown support 80 dan Yield 10 yr US Treasury.

Aplikasi IPOT. Foto: Indo Premier
Aplikasi IPOT. Foto: Indo Premier
Terkait inflasi, jelas Dimas, inflasi tahunan AS untuk September tetap sama dibandingkan dengan bulan sebelumnya di level 3,7% atau lebih tinggi dari konsensusnya yang berada di level 3,6%.

"Inflasi ini masih jauh dari target The Fed di 2%, sehingga memungkinkan The Fed untuk tetap menjalankan kebijakan suku bunga ketatnya untuk waktu yang lebih lama," terangnya.

Sementara itu terkait sentimen GOTO, dalam seminggu terakhir turun 20% setelah perusahaan menyelesaikan aksi korporasi private placement senilai Rp 1,53 triliun pada 10 Oktober lalu.

"Harga pelaksanaan dilakukan di Rp90 per lembar. Dana hasil PP ini akan digunakan emiten untuk pelunasan melalui konversi utang di masa yang akan datang, jika ada, dan/atau mendukung kebutuhan modal kerja perseroan."

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x