Sebagian Besar CEO Global Prediksi Ekonomi Global Turun pada 2023, Begini Konsekuensinya

- 17 Januari 2023, 08:38 WIB
Resesi ekonomi global diperkirakan bakal terjadi 2023.
Resesi ekonomi global diperkirakan bakal terjadi 2023. /Twibbonize.com/geralt

SEPUTAR CIBUBUR - Survei terbaru PricewaterhouseCoopers (PwC) yang diluncurkan di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos menunjukkan mayoritas dari chief executive officer (CEO) yang disurvei memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan menurun pada tahun 2023.

PwC menyurvei menyurvei 4.410 CEO di 105 negara dan wilayah pada Oktober dan November 2022. Hasilnya 73 persen CEO yang disurvei memperkirakan bagaimana ekonomi global bakal lesu pada 12 bulan ke depan.

Survei yang diluncurkan, Senin 16 Januari 2023 itu juga menunjukkan bahwa 40 persen CEO melihat inflasi sebagai ancaman global teratas, sementara 31 persen memilih volatilitas ekonomi makro, dan 25 persen memilih konflik geopolitik.

Baca Juga: Sejumlah Mobil Mewah Terkait Kasus Gratifikasi Lukas Enembe Disita KPK

"Ekonomi yang bergejolak, inflasi yang tinggi selama beberapa dekade, dan konflik geopolitik telah berkontribusi pada tingkat pesimisme CEO yang tidak terlihat selama lebih dari satu dekade," kata Bob Moritz, ketua global PwC seperti dikutip seputarcibubur.com dari Antara.

"Konsekuensinya, para CEO secara global mengevaluasi kembali model operasi mereka dan memotong biaya, namun terlepas dari tekanan ini, mereka terus menempatkan orang-orang mereka di posisi penting saat mereka ingin mempertahankan bakat setelah 'Great Resignation' (proses keluar massal yang terjadi selama pandemi)," tambahnya.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa hampir 40 persen CEO tidak yakin organisasi mereka akan layak secara ekonomi dalam 10 tahun jika mereka tidak mengalami transformasi yang signifikan.

Survei itu dilakukan setelah Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pekan lalu bahwa 2023 akan menjadi "tahun yang sulit" lagi, tetapi perkiraan pertumbuhan global tetap stabil di 2,7 persen.

Perubahan tuntutan dan regulasi pelanggan, kekurangan tenaga kerja dan keterampilan, serta gangguan teknologi dipandang sebagai tantangan terbesar bagi profitabilitas industri jangka panjang, kata Moritz.

Halaman:

Editor: sugiharto basith budiman

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x