Nikolay Kravchuk: Indonesia Punya Potensi Besar

19 Mei 2021, 01:05 WIB
Chief Executive Officer & CoFounder Neuro.net Inc. Nikolay Kravchuk /dok Neuro.net

 

SEPUTAR CIBUBUR – Level adopsi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di Indonesia belum menyeluruh pada setiap industri.

Menurut penelitian McKinsey&Company, adopsi tertinggi penggunaan artificial intelligence ada di industri telekomunikasi, manufaktur, transportasi, logistik, dan edukasi. Padahal, artificial intelligence dapat diterapkan di setiap industri yang berhubungan dengan jasa, termasuk sektor keuangan dan perbankan.

Chief Executive Officer (CEO) & Co-Founder Neuro.net Inc. Nikolay Kravchuk, menyebutkan, teknologi otomasi berbasis artificial intelligence memainkan peran penting dalam transformasi digital setiap negara, termasuk di Indonesia.

Baca Juga: Pemerintah Didorong Mengevaluasi Manajemen Penangangan Pandemi Covid-19

Sebagai startup pengembang artificial intelligence, Neuro.net mengklaim bahwa perusahaan-perusahaan skala besar tengah mempelajari transformasi digital dan adopsi teknologi baru; khususnya pada praktik percakapan yang digerakkan oleh artificial intelligence (conversational AI). 

Perusahaan yang memiliki pusat R&D di Eropa Timur ini juga menjalin kerja sama dengan beberapa mitra bisnis untuk menjajaki penerapan percakapan berbasis artificial intelligence dalam skala yang lebih besar.

“Indonesia punya potensi besar untuk meningkatkan adopsi inovasi artificial intelligence, terutama di sektor keuangan dan perbankan yang kini terlihat sangat berkembang. Hal ini diikuti oleh karakter konsumen mereka yang sangat loyal, dimana hal ini cukup memberikan tekanan tambahan bagi setiap institusi keuangan dan perbankan untuk meningkatkan lagi standar dalam pelayanan pelanggan," tutur Nikolay Kravchuk, dalam keterangan tertulis yang dilihat seputarcibubur.com, Rabu, 19 Mei 2021.

Baca Juga: Puncak Arus Balik Diperkirakan 21 dan 22 Mei

Beberapa tantangan dalam memberikan pengalaman pelanggan terbaik adalah kemampuan untuk mengoptimalkan contact center, yang pastinya memiliki tingkat panggilan tinggi dan masalah pelanggan yang kompleks.

"Ketika pelanggan menuntut pelayanan lancar dan selalu siaga 24 jam sehari, hal ini bisa berdampak pada kualitas kerja agen manusia di dalamnya. Agen manusia lebih terpapar pada risiko human error, emosi, belum lagi ketidakmampuan untuk mengikuti skrip dan bekerja secara omnichannel. Di sinilah peran kami memberikan solusi percakapan AI sehingga agen virtual kami dapat memperkuat contact center mereka,” kata Nikolay Kravchuk.

Baca Juga: Siap-siap, Harga Properti di Kota Wisata Bakal Terbang

Implementasi kecerdasan buatan pada solusi percakapan umumnya digunakan untuk beberapa fungsi seperti menjawab pertanyaan nasabah,menghubungkan nasabah dengan produk keuangan yang tepat. Hebatnya lagi, agen virtual bisa menjalankan interaksi dua arah dengan pelanggan ketika ada transaksi mencurigakan. Pelanggan tidak hanya bisa mendengarkan informasi, tapi bisa langsung mengkonfirmasi atau menolak transaksi, dan langsung bertanya pada agen virtual.

Pekerjaan dasar ini dapat dialihkan ke agen virtual karena mereka sudah dibekali kemampuan untuk melakukan ratusan ribu panggilan setiap hari selama 24 jam dalam satu minggu. Selain itu, agen virtual ini dapat berkomunikasi secara natural kepada konsumen, misalnya membangun perbincangan dasar sampai yang yang kompleks sekalipun, memberikan solusi untuk nasabah, sampai menyesuaikan intonasi dan jeda bicara.

Baca Juga: Penting Tahu Risiko Keuangan, Ini Empat Alasan Milenial Sebaiknya Punya Asuransi

“Teknologi yang kami kembangkan tidak dimaksudkan untuk menghilangkan peran manusia di tempat kerja pada industri manapun. Teknologi kami dapat membuat call center mengotomasi tugas-tugas rutin dalam waktu tiga (3) minggu saja, seperti memberikan notifikasi pembayaran jatuh tempo; informasi cabang kantor bank terdekat, dan lainnya. Dengan begitu, para human agent bisa lebih fokus pada tugas-tugas yang lebih kreatif dan kompleks yang dibutuhkan nasabahnya,” tambah Nikolay Kravchuk.

Baca Juga: Lima Saham Paling Cuan Berubah Komposisi
Nikolay Kravchuk memberikan beberapa contoh perusahaan yang telah bermitra dengan Neuro.net, salah satunya Hi-Tech Smart Solutions (HTSS), perusahaan asal Singapura yang berfokus pada inovasi digital pada sektor keuangan di Asia Tenggara. HTSS telah memanfaatkan agen virtual untuk otomasi pengelolaan kredit macet (Non Performing Loan) di di kawasan Asia Tenggara.

 

"Saat ini kami tengah melakukan ekspansi global dengan masif. Di Indonesia, kami fokus membangun digitalisasi call center di berbagai sektor industri seperti keuangan, telekomunikasi dan ritel. Khusus untuk instansi keuangan, kami bermitra dengan HTSS," tutur dia. ***

 

Editor: Yetto Parceka

Tags

Terkini

Terpopuler