BTN Ajak Masyarakat Jangan Tunda Beli Rumah

- 30 Juli 2021, 19:45 WIB
dirut btn Haru kusmahargyo
dirut btn Haru kusmahargyo /Kamsari/Dok. Humas BTN

 

SEPUTAR CIBUBUR - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mengajak masyarakat yang memiliki kemampuan khususnya para pembeli rumah pertama (first home buyer) untuk tidak menunda pembelian rumah. Pasalnya, dengan melakukan pembelian rumah akan banyak manfaat yang didapatkan masyarakat.

“Para first home buyer, saat ini, jangan tunda lagi rencana untuk membeli rumah. Kami siap memberikan kredit pemilikan rumah (KPR),” ujar Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo, dalam diskusi virtual Sinergi Ekosistem Sektor Perumahan di Era Pandemi Covid-19, Kamis (29 Juli 2021).

Baca Juga: Bandara Internasional Lombok Siap Dukung Perhelatan Superbike dan Berbagai Event di Kawasan The Mandalika

Menurut Haru, ketika para first home buyer membeli rumah saat ini akan mendapatkan banyak manfaat atau proteksi. Hal itu mengingat harga rumah relatif bertumbuh, terutama di segmen ukuran 36 meter persegi alias tipe 36.

“Kami melihat, ukuran rumah kecil, tipe 36 tidak pernah turun harganya. Di tengah pandemi tumbuh berkisar 5-7 persen. Untuk rumah mewah agak stagnan atau agak turun harganya,” jelasnya.

Rumah, lanjut Haru, merupakan kebutuhan dasar dan memiliki setidaknya dua proteksi, yaitu sosial ekonomi. Saat punya rumah, para first home buyer bisa menempatinya sebagai tempat tinggal. Lalu, dari sisi proteksi ekonomi, harga rumah tidak pernah turun. “Menabung selagi muda, begitu punya pekerjaan, dahulukan untuk memiliki rumah. Baru beli yang lain,” tegasnya.

Dia menegaskan, kalau pun tidak membeli rumah tapak, tersedia juga pilihan berupa hunian vertikal berorientasi transit (transit oriented development/TOD) yang dibangun Perumnas. Hunian vertikal dengan akses transportasi yang bagus. “Tahun 2022, hunain TOD itu sudah tersedia. BTN akan beri pinjaman murah dengan KPR jangka Panjang,” papar Haru.

Lebih lanjut Haru mengungkapkan, potensi pengembangan sektor perumahan masih sangat besar. Pasalnya permintaan hunian di Indonesia masih cukup tinggi, terutama untuk kelas menengah bawah.

Haru mencatat, saat ini backlog perumahan di Indonesia mencapai 11,4 juta, sedangkan backlog kepemilikan sekitar 7,6 juta unit. Belum lagi ada 61,7% keluarga bermukim di rumah yang tidak layak huni. “Ppotensi sektor perumahan juga didukung  angka pernikahan baru juga tumbuh cukup tinggi sekitar 1,8 juta setiap tahunnya,” kata Haru.

Halaman:

Editor: Kamsari


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x