Ini Rekomendasi Saham untuk 3 Hari Trading ke Depan

- 29 Mei 2023, 11:20 WIB
Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: Lucius GK
Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: Lucius GK /

SEPUTAR CIBUBUR – Pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi sebesar -0,2% dengan penurunan terdalam di sektor teknologi sebesar -5,3%, sektor energi -3,3%, dan sektor barang baku sebesar -2,4%. Sedangkan tiga sektor yang menahan koreksi yakni sektor konsumer non-primer sebesar 2,4%, sektor transportasi & logistik sebesar 2,4% dan konsumer primer 1,0%.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Mino menjelaskan ada 2 sentimen negatif yang membuat IHSG masih belum bangkit dari zona koreksi yakni ketidakpastian debt ceiling di Amerika dan berlanjutnya penurunan harga komoditas.

"Ketidakpastian debt ceiling kembali membuat investor khawatir akan prospek ekonomi Amerika. Ketidakpastian tersebut juga membuat imbal hasil obligasi pemerintah Amerika mengalami kenaikan Dolar Amerika juga kembali melanjutkan penguatanya di tengah ketidakpastian tersebut," tutur Mino dalam keterangan tulisnya di Jakarta, Senin, 29 Mei 2023.

Baca Juga: Indo Premier Sekuritas Perkuat Reputasi Selama 20 Tahun, Ini Buktinya

Ia menambahkan, ketidakpastian debt ceiling dikhawatirkan akan semakin memperburuk prospek ekonomi Amerika dan berimbas pada penurunan permintaan komoditas. Ketidakpastian tersebut juga membuat nilai tukar dolar terhadap mata uang utama lainnya kembali melanjutkan penguataannya sehingga memberikan tambahan tekanan di pasar komoditas.

Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: Lucius GK
Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: Lucius GK
Sementara itu sentimen positif yang menjaga IHSG tidak kian tergerus yakni dipertahankannya suku bunga acuan, kredit tetap tumbuh meskipun lebih lambat, kembali surplusnya neraca transaksi berjalan, berlanjutnya aksi beli investor asing dan FOMC Minutes yang mengindikasikan tidak adanya kenaikan FFR pada Juni mendatang.

"Sentimen positif dari domestik yakni Bank Indonesia yang untuk keempat kalinya secara berturut-turut mempertahankan BI7DRR di level 5.75%. Keputusan mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75% ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi inti terkendali dalam kisaran 3,0±1% di sisa tahun 2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat segera kembali ke dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada triwulan III 2023."

Baca Juga: Ratusan Peserta Ekslusif Ikuti FestiFund 2022 Indo Premier

Terkait pertumbuhan kredit, pada April 2023 pertumbuhan kredit tumbuh 8.08% yoy lebih rendah dari bulan sebelumnya 9.93%. Pertumbuhan kredit tersebut terutama ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh 10.12% yoy disusul oleh kredit modal konsumsi dan modal kerja yang masing-masing tumbuh 8.68% yoy/6.55% yoy.

Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: Lucius GK
Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: Lucius GK
Selain itu, pada minggu lalu asing kembali membukukan beli bersih di pasar regular sebesar Rp2.5 triliun lebih tinggi dari minggu sebelumnya Rp0.4 triliun.

"Asing banyak melakukan pembelian di saham GOTO (Rp809 miliar), BBCA (Rp793 miliar), BBRI (Rp746 miliar), ICBP (Rp517 miliar), BBNI (Rp219 miliar) dan ASII (Rp137 Miliar) dari awal tahun asing telah membukukan beli bersih Rp14.57 triliun di pasar regular. Investor bisa juga melirik saham-saham yang dikoleksi asing ini," sarannya.

Pada Minggu ini perdagangan di bursa hanya akan berlangsung selama 3 hari karena ada libur Hari Lahir Pancasila dan cuti bersama Hari Raya Waisak 2567 BE. Kendati hanya 3 hari perdagangan, trader bisa memanfaatkan sejumlah rekomendasi saham dari Indo Premier yang didukung oleh sejumlah sentimennya.

Baca Juga: IHSG Hari ini 26 Mei 2023 Cenderung Tertekan, Bursa Asia Pasifik dan Eropa di Zona Merah, Emas Terus Turun

Mino berharap para trader memperhatikan sentimen domestik dan eksternal yang akan memengaruhi gerak IHSG pada minggu ini. Dari domestik ia menyebutkan ada sentimen jumlah uang beredar M2 dan rebalancing indeks MSCI.

Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: Lucius GK
Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: Lucius GK
Ia menjelaskan posisi M2 pada Maret 2023 tetap tumbuh 6.2% setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 6.6%. Pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh pertumbuhan komponen uang beredar dalam arti sempi (M1) dan Uang Kuasi yang masing-masing tumbuh 4.8% dan 8%.

"Berdasarkan faktor yang memengaruhinya, perkembangan M2 pada Maret terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan tagihan bersih ke pemerintah pusat yang masing-masing tumbuh 8.3% dan terkontraksi 25.7%."

Sementara itu sentimen eksternal yang wajib diperhatikan pada minggu ini adalah kesepakatan antara kubu Republik di Kongres dengan pemerintah Amerika terkait debt ceiling, indeks harga rumah, indeks keyakinan konsumen dan data manufaktur serta perkembangan harga komoditas.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Yang Berpotensi Cuan Hari Ini 31 Oktober 2022 Dari Berbagai Sekuritas Dan Pengamat Top

Didasarkan pada data-data dan sentimen di atas Indo Premier merekomendasikan 16 saham untuk trading #CariBebasmu pada 3 hari perdagangan minggu ini hingga 31 Mei 2023 yakni BBCA (Support: 8,900, Resistance: 9,400), BMRI (Support:  4,980, Resistance: 5,250), BBNI Support: 8,750, Resistance: 9,125), BRIS (Support: 1,650, Resistance: 1,810), CTRA (Support: 1,070, Resistance: 1,130), BSDE (Support: 1,125, Resistance: 1,195), SSIA (Support: 402, Resistance: 505), TLKM (Support: 3,990, Resistance: 4,270), ISAT (Support: 7,550, Resistance: 8,200), ICBP (Support: 10,875, Resistance: 11,500), CPIN (Support: 4,900, Resistance: 5,425), JPFA (Support: 1,190, Resistance: 1,360), MYOR (Support: 2,620, Resistance: 2,810), RALS (Support: 615, Resistance: 665), ASII (Support: 6,425, Resistance: 6,775) dan JSMR (Support: 3,360, Resistance: 3,600). (Lucius GK)

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x