Bau Nyale, Tradisi Adat di Lombok dari Legenda Putri Mandalika

6 Maret 2024, 16:22 WIB
Festival Bau Nyale (menangkap cacing laut) Lombok Tengah akan digelar 20-21 Februari 2022 mendatang. /Instagram/@lampa_lampa_tour

SEPUTARCIBUBUR- Bau Nyale merupakan tradisi adat suku Sasak di pulau Lombok yang menjadi salah satu festival tahunan.

Dalam bahasa Sasak, bau artinya menangkap dan nyale adalah cacing laut. Jadi, Bau Nyale adalah aktivitas masyarakat untuk menangkap cacing laut.

Cacing laut ini berbentuk panjang dan berwarna hijau, kuning, dan oranye. Tradisi Bau Nyale sangat erat kaitannya dengan  legenda Putri Mandalika.

Baca Juga: Punya Inovasi Pengelolaan Lingkungan, Empat Kota, Satu Kabupaten Raih Adipura Kencana

Masyarakat Sasak meyakini kalau cacing laut yang berwarna-warni ini adalah jelmaan dari sang putri.

Putri Mandalika adalah anak pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting dari Kerajaan Tonjang Beru dalam hikayat kuno Sasak.

Putri Mandalika diceritakan sebagai sosok cantik yang menjadi idaman banyak pangeran sehingga menjadi rebutan dan membuat persaingan yang mengancam keutuhan dan kerukunan masyarakat Lombok.

Baca Juga: Tiga Dari Tujuh Direksi PT Astra Agro Lestari Mundur

Untuk menjaga kerukunan, Putri Mandalika melakukan semedi, yang memberikan ia petunjuk untuk mengumpulkan semua pangeran beserta rakyat di Bukit Seger, Mandalika pada tanggal 20 bulan 10, tepatnya sebelum subuh.

Tapi ternyata Putri Mandalika tidak memilih siapapun demi perdamaian masyarakat. Ia memilih untuk terjun menceburkan diri ke laut dan menghilang tanpa jejak.  

Banyak yang ikut terjun untuk mencari sang putri. Tapi alih-alih menemukannya, justru banyak cacing laut berwarna-warni muncul di pantai tepat dimana Putri Mandalika menghilang.

Semenjak saat itu, masyarakat pun mempercayai bahwa Nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika.

Dan sebagai bentuk penghormatan, diadakan ritual adat setiap tanggal 20 pada bulan 10 menurut perhitungan kalender Sasak. Bertepatan dengan waktu dimana Putri Mandalika menghilang.

Bau Nyale tahun ini diadakan pada 29 Februari sampai 1Maret 2024 yang lalu.

Masyarakat Nusa Tenggara Barat banyak yang mengikuti tradisi ini karena meyakini Nyale dapat mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan keburukan bagi orang yang meremehkannya. ***

 

Sumber: kemenparekraf

Editor: Ruth Tobing

Tags

Terkini

Terpopuler