Ariel Tatum Pernah Alami Gangguan Jiwa?

15 September 2021, 21:59 WIB
Ariel Tatum /@arieltatum/

SEPUTAR CIBUBUR – Aktris Ariel Tatum mengaku pernah mengalami gangguan jiwa karena dihina lantaran memiliki bentuk tubuh yang gemuk.

Ariel Tatum yang sempat terpuruk akhirnya berdamai pada dirinya dan tidak mau memikirkan omongan orang lain yang dapat mengganggu pikirannya.

"Aku pernah diejek seperti sapi karena gemuk. Dulu omongan kayak begini sangat mengangguku. Tapi, sekarang nggak mau aku pikirin," ungkap Ariel Tatum dalam keterangan resmi, Rabu, 15 September 2021.

Baca Juga: BTS Berkolaborasi dengan Coldplay, Akhir September ini akan Rilis

Video diluncurkan dalam rangka menyambut Hari Kesehatan Mental Sedunia yang dirayakan setiap 10 Oktober. Sejak setahun lalu, kata Ariel Tatum, dia mulai berdamai pada dirinya. Dia juga tak malu untuk membuka diri bahwa dulu pernah mengalami gangguan jiwa.

“Itulah pentingnya mengafirmasi diri setiap hari. Beri pesan positif pada diri kita. Jangan sebaliknya, gue tuh emang males, nggak bisa berubah. Jadi mulailah berbaik hati pada diri sendiri," ujar Ariel Tatum.

Kesehatan mental adalah permasalahan bersama yang membutuhkan perhatian dan uluran tangan banyak pihak. Pada 2018, hampir 10% penduduk Indonesia mengalami gangguan kejiwaan.

Baca Juga: Siniopsis Ikatan Cinta 15 September 2021: Aldebaran Kejar 'Hantu Jessica', Andin Curiga Lelaki di Foto

Melalui kampanye Kita Manusia, platform sosial Menjadi Manusia bersama Kita Bisa, Karin Novilda, Ariel Tatum, dr Jiemi Ardian, Avianti Armand, Ubah Stigma, TeamUp, Infia, dan Marsan Susanto mengajak masyarakat untuk bergandengan tangan menyediakan fasilitas kesehatan memadai bagi para penderita gangguan jiwa akut di Indonesia.

Kita Manusia adalah kampanye dengan misi untuk mengedukasi masyarakat akan minimnya penanganan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Indonesia, sekaligus menggalang donasi dalam rangka membangun infrastruktur kesehatan yang lebih layak bagi mereka.

Kampanye ini diprakarsai oleh Menjadi Manusia, platform sosial yang digagas Rhaka Ghanisatria bersama kedua rekannya, Adam Alfares Abednego dan Levina Purnamadewi.

Baca Juga: Tak Lagi Jadi Anita di Terpaksa Menikahi Tuan Muda, Puy Brahmantya Sebut Soal Orang Dzolim

Terkait latar belakang lahirnya program Kita Manusia, Rhaka mengungkapkan, “Kami percaya, semua ODGJ berhak pulih. ODGJ yang tidak tertangani sekarang juga manusia, seperti kita. Namun sayangnya, karena stigma yang kuat dan minimnya infrastruktur kesehatan, banyak dari mereka tidak mendapatkan treatment yang tepat,” kata dia.

Sebagai sesama, Menjadi Manusia merasa terpanggil untuk bahu-membahu menolong ODGJ yang terlantar dan membutuhkan bantuan. “Salah satu ikhtiar kita merangkul mereka adalah melalui kegiatan Kita Manusia ini,” ujar Rhaka.

Merayakan Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Oktober, Kita Manusia akan melangsungkan berbagai aktivitas edukasi yang juga bertujuan untuk mengumpulkan donasi.

Baca Juga: Alasan Ayu Ting Ting Tidak akan Melepaskan Hatersnya KD, Hingga Masuk Penjara

Di antaranya, pembuatan video dokumenter mini yang menampilkan Ariel Tatum, film pendek yang diperankan oleh Ray Sahetapy, dan berbagai macam video edukasi tentang kesehatan jiwa supaya masyarakat lebih mengenal ODGJ dan kondisi mereka yang belum tertangani dengan baik.

Video-video ini akan ditayangkan di berbagai kanal media sosial Menjadi Manusia. Selain itu, mereka akan dilanjutkan beragam kegiatan daring melibatkan masyarakat serta ODGJ yang telah berhasil bangkit.

“Harapan kami, kampanye Kita Manusia akan dapat menghimpun donasi untuk menyediakan tempat yang lebih layak untuk ODGJ di Indonesia. Kami akan merenovasi panti rehabilitasi Al-Fajar Berseri yang didirikan oleh Marsan Susanto yang saat ini ditinggali oleh teman-teman ODGJ, supaya mereka mendapatkan keamanan dan kenyamanan selama tinggal di sana,” tutur Rhaka.

Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun Pernikahan Ke-17, Joe Taslim Tulis Kata-kata Romantis yang Bikin Meleleh

Dalam kegiatan dimaksud, Kita Manusia bermitra dengan beberapa dokter spesialis kejiwaan, arsitek, komunitas, media alternatif, dan aktivis kesehatan mental lainnya. Dengan infrastruktur kesehatan dan dukungan perawatan yang mumpuni, diharapkan ODGJ pada akhirnya dapat menolong dirinya sendiri untuk berdikari menjadi individu yang memiliki kehidupan seutuhnya. ***

Editor: Ruth Tobing

Tags

Terkini

Terpopuler