Renungan Malam Kristiani: Tiga Tanda Berjiwa Besar

21 Februari 2024, 18:39 WIB
Ilustrasi orang hasad atau iri hati /PIXABAY/ /

SEPUTARCIBUBUR- Ayat renungan kita pada saat ini terdapat dalam kitab kejadian 4:3-5 tertulis demikian:

“Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada Tuhan sebagai korban persembahan; “

“Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka Tuhan mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,”

“tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.”

Baca Juga: Empat Fakta Penting Indonesia Arena-GBK, Kebanggaan Baru Indonesia

Ada sebuah kisah Yunani tentang sebuah patung yang didirikan di pusat kota untuk menghargai salah satu pahlawan dalam bidang olahraga yang bernama Teogenes dari Thasos.

Ternyata ada satu pesaing dari Teogenes yang tidak menyukai patung itu. Ia merasa dirinya lebih baik dan lebih unggul serta menganggap dirinyalah yang seharusnya dibuatkan patung.

Karena rasa irinya yang begitu dalam setiap hari ia mendatangi patung itu dan menggores-gores bagian bawah patung tersebut.

Baca Juga: Ini Sejumlah Alasan Kenapa Radio Sulit Terganti Hingga Kini

Setelah lewat beberapa waktu lamanya ia terus saja melakukan hal itu hingga suatu saat ketika ia sedang menggores-gores patung yang berat itu runtuh menimpa dirinya hingga meninggal.

Iri hati membawa bencana. Kita semua perlu berbesar hati bukan iri hati. Sebagai orang percaya kita perlu memiliki kebesaran jiwa dalam menghadapi berbagai keadaan.

Entah itu persaingan dalam pekerjaan, dalam dunia usaha, dalam studi dan dalam berbagai hal lainnya.

Dalam ayat di atas Kain dan Habel sama-sama mempersembahkan korban kepada Tuhan tapi korban persembahan Habel yang diterima sedangkan korban Kain tidak berkenan.

Bukannya mengoreksi diri mengapa dan apa sebabnya korban persembahannya tidak diterima, Kain malah menjadi panas hati dan membenci Habel adiknya sendiri.

Kain tidak mau kalah dan karena perasaan iri hatinya yang menguasai Kain pun membunuh Habel.

Apa yang dilakukan Kain bukanlah sikap yang dikenan oleh Tuhan. Tuhan sempat menegur Kain sebelum pembunuhan itu terjadi tapi Kain tidak peduli.

Kain telah merusak kehidupan keluarganya, kehidupan adiknya dan juga kehidupan dirinya sendiri.

Ayat ini berbicara kepada kita agar kita memiliki kebesaran jiwa dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan.

Ketika kita melihat orang lain berhasil, di saat kita tidak bisa sehebat orang lain, ketika kita kalah dalam suatu kompetisi, ketika kita tidak bisa mencapai apa yang dicapai orang lain jangan kita iri hati dan marah tapi sebaliknya akui dan terima keberhasilan orang lain.

Hargai mereka dan perbaiki diri agar menjadi lebih baik. Sebagai orang-orang yang percaya kita perlu berjiwa besar. Apalagi Tuhan mengajar kita untuk memiliki kerendahan hati seperti Tuhan.

Ada tiga tanda kebesaran jiwa dari seorang yang beriman yaitu tidak iri hati terhadap orang lain, berani mengakui kekurangan atau menerima kekalahan serta menghargai orang lain yang lebih baik daripada diri kita.

Kita hendaknya berhati-hati dengan iri hati. Jadilah pribadi yang berjiwa besar.

Mulailah dalam keluarga kita masing-masing dan kemudian keluar ke lingkungan kita agar kehidupan kita senantiasa baik dan bermanfaat serta berguna bagi sesama kita dan membangun diri kita sendiri serta memuliakan nama Tuhan. ***

 

Sumber: Youtube Suara Injil

Editor: Ruth Tobing

Tags

Terkini

Terpopuler