Tradisi Menginang, Lambang Keakraban dan Persaudaraan di Papua

- 4 November 2023, 13:29 WIB
Ilustrasi terkait alasan mengapa masyarakat Papua gemar mengunyah pinang.
Ilustrasi terkait alasan mengapa masyarakat Papua gemar mengunyah pinang. /Tangkapan layar/Instagram @chakarapena

SEPUTARCIBUBUR- Menginang atau mengunyah pinang dipengaruhi oleh masyarakat Austronesia yang bermigrasi ke pesisir dan pulau-pulau kecil Papua pada pertama kalinya.

Menurut catatan riset, tradisi menginang sudah ada 3000 tahun lalu pada masa prasejarah di masyarakat pesisir Papua. Namun, sekarang tradisi ini sudah meluas hingga di wilayah pegunungan.

Di kawasan pegunungan, masyarakat Papua baru mulai menginang pada tahun 1960-an dan tradisi ini menjadi salah satu bukti interaksi panjang antar suku atau kelompok masyarakat di Papua.

Baca Juga: Teknologi dan Aplikasi Drone Makin Berkembang di Indonesia, CTIS Bahas Soal Regulasi

Sebagai pohon yang mayoritas tumbuh di dataran rendah atau pesisir, pengiriman buah pinang ke wilayah pegunungan menjadi komoditas ekonomi unggulan di Papua.

Buah pinang memiliki banyak manfaat bagi tubuh jika dikonsumsi secukupnya. Khasiat buah pinang menurut penelitian mampu menjaga kesehatan pencernaan, gigi, menghilangkan bau mulut, dan detoksifikasi.

Bijinya pun juga memiliki kandungan senyawa yang berkhasiat menjadi anti-depresant dan menambah stamina.

Baca Juga: Dorong Penguatan Ekonomi di Lingkungan Pesantren,  Bank DKI Bangun Kolaborasi Bersama Habitren DKI Jakarta

Tradisi menginang ini eksis mulai dari anak kecil hingga orang dewasa di Papua. Selayaknya camilan, mengunyah pinang sudah sangat melekat dengan keseharian masyarakat di Tanah Cendrawasih.

Halaman:

Editor: Ruth Tobing


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x