GKBRAy Paku Alam X Bahagia Ceplok Mangkara Kawung Diterima Paus Fransiskus

- 2 Februari 2023, 22:48 WIB
Paus Fransikus menerima batik Ceplok Mangkara Latar Kawung hadiah dari GKBRAy Paku Alam X yang dibawa oleh PWKI saat audiensi umum di Basilika St Petrus, 16 November 2023. Foto: Istimewa
Paus Fransikus menerima batik Ceplok Mangkara Latar Kawung hadiah dari GKBRAy Paku Alam X yang dibawa oleh PWKI saat audiensi umum di Basilika St Petrus, 16 November 2023. Foto: Istimewa /

SEPUTAR CIBUBUR – Salah satu tokoh pelestari batik dan wastra Nusantara Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAy) Adipati Paku Alam X merasa bahagia karena salah satu batik tulis hasil karyanya Ceplok Mangkara Latar Kawung diterima Paus Fransiskus.

Perasaan bahagia itu dikemukakannya saat menerima kunjungan delegasi Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) di Puro Pakualaman, Yogyakarta, Selasa siang (31/1/2023).

Baca Juga: Utusan Paus Berencana ke Keraton Yogyakarta, Ini Tanggapan Sri Sultan

“Saya matur nuwun batik saya bisa sampai ke tangan Paus itu luar biasa sekali. Sampai suami saya heran ‘kok bisa sih’, karena saya tidak bilang ke suami saya, setelah ada beritanya baru saya kasih tahu,” tutur Permaisuri Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta ini.

Paus Fransikus menerima batik Ceplok Mangkara Latar Kawung hadiah dari GKBRAy Paku Alam X yang dibawa oleh PWKI saat audiensi umum di Basilika St Petrus, 16 November 2023. Foto: Istimewa
Paus Fransikus menerima batik Ceplok Mangkara Latar Kawung hadiah dari GKBRAy Paku Alam X yang dibawa oleh PWKI saat audiensi umum di Basilika St Petrus, 16 November 2023. Foto: Istimewa
Delegasi PWKI dipimpin Mayong Suryolaksono yang didampingi Penasihat sekaligus Pendiri PWKI AM Putut Prabantoro, dan beberapa anggota PWKI dari Jakarta, dan Yogyakarta, serta Rohaniwan yang pengamat budaya Rm Justinus Sulistiadi Pr, berkunjung ke Puro Pakualaman untuk melaporkan hasil kunjungan mereka ke Vatikan. 

“Cenderamata batik Ceplok Mangkara sudah kami sampaikan dan kami sematkan di pundak Paus dan beliau senang sekali menerimanya,” ujar Mayong Suryoleksono.

Baca Juga: Jenazah Paus Benediktus XVI Dapat Tepuk Tangan, Ini Penjelasan Padre Marco

Untuk diketahui, batik tulis Ceplok Mangkara Latar Kawung menjadi salah satu cenderamata yang diserahkan Delegasi PWKI ke Vatikan kepada Paus Fransiskus di audiensi umum 16 November 2022. Selain batik karya GKBRAy Adipati Paku Alam X itu, juga ada gunungan wayang dari Sri Sultan Hamengku Buwono X, lukisan dan patung Maria Bunda Segala Suku dari Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Kardinal Suharyo,  serta buku karya Rm Sandro Peccati SX, misionaris Italia yang telah 60 tahun berkarya di Indonesia.

GKBRAy Paku Alam X (kebaya biru) didampingi Asisten Pribadinya, Mbak Anggie, menerima delegasi PWKI di Puro Pakualam, Yogyakarta, Selasa (31/1/2023). Foto: Lucius GK
GKBRAy Paku Alam X (kebaya biru) didampingi Asisten Pribadinya, Mbak Anggie, menerima delegasi PWKI di Puro Pakualam, Yogyakarta, Selasa (31/1/2023). Foto: Lucius GK
Pertemuan  siang menjelang sore itu, berlangsung dalam suasana sangat cair dan hangat. Selain menceritakan tentang batik dan  budaya Jawa.  GKBRAy Paku Alam yang merupakan putri asli Semarang itu, ia juga menunjukkan berbagai koleksi batik tulisnya kepada delegasi PWKI sambil menceritakan  proses pembuatan beserta makna filosofisnya.

Ia menjelaskan bahwa batik-batik  yang diciptakannya merupakan terjemahan dari naskah-naskah kuno yang ada di Paku Alam, yang utama adalah ajaran tentang kepemimpinan, Astabrata.

Baca Juga: Misa Requiem Paus Emiritus Benediktus XVI Dihadiri Puluhan Ribu Umat

“Astabrata itu adalah ajaran kepemimpinan dari PA II itu sudah ada sekitar 200 tahun lalu. Menurut saya ini ajaran yang bagus sekali untuk para pemimpin di masa sekarang. Oleh karena itu saya mensosialisasikan Astabrata itu dengan media batik. Kami semua membaca wasiat dari naskah aslinya dan kemudian menuangkan dalam bentuk gagasan dan diaplikasi dalam media batik. Setidaknya ajaran-ajaran luhur tentang kepemimpinan tidak akan hilang dan ini menjadi koleksi yang tidak ternilai,” tutur dia.

GKBRAy Paku Alam menjelaskan filosofi salah satu batik tulis Astabrata di Puro Pakualam, Yogyakarta, Selasa (31/1/2023). Foto: PWKI
GKBRAy Paku Alam menjelaskan filosofi salah satu batik tulis Astabrata di Puro Pakualam, Yogyakarta, Selasa (31/1/2023). Foto: PWKI
Menurut Gusti Putri, banyak orang yang belum tahu akan ajaran kepemimpinan Astabrata itu yang berasal dari 8 Dewa Lokapala (Penjaga Dunia). “Kalau saya cerita (soal Lokapala) bisa satu semester ini,” ucapnya tersenyum.

“Untuk membantu menterjemahkan naskah-naskah kuno itu, saya dibantu dua tim besar yaitu tim kajian di perpustakaan dan tim pembatik,” ujar Gusti Putri yang  mulai membatik sejak jadi menantu Sri Paduka Paku Alam IX.

Baca Juga: Paus Emiritus Benediktus XVI Memang Dicintai Banyak Orang, Ini Buktinya

“Sebentar lagi saya mantu anak ketiga. Sudah saya siapkan juga batiknya,”sambung President of Traditional Textile Arts Society of South-East Asia (TTASEA) ini.

Suasana ceria saat Delegasi Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) ke Vatikan berfoto bersama dengan GKBRAy Paku Alam X (kebaya biru)  di Puro Pakualam, Yogyakarta, Selasa (31/1/2023). Foto: PWKI
Suasana ceria saat Delegasi Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) ke Vatikan berfoto bersama dengan GKBRAy Paku Alam X (kebaya biru) di Puro Pakualam, Yogyakarta, Selasa (31/1/2023). Foto: PWKI
Dikenal konsisten dan gigih melestarikan batik dan wastra Nusantara lainnya dengan selalu mengenakan kain batik dan berkebaya saat tampil di depan publik, ia terus membatik karena batik memiliki nilai ekonomi tinggi.

Ia pun bercerita betapa mahal harga batik tulis kreasinya karena dibuat secara personal dalam proses yang panjang dan sangat detail. Pengerjaan untuk satu motif batik misa memakan waktu enam bulan. 

Baca Juga: Mangga Arumanis dan Kenangan Padre Marco tentang Paus Benediktus XVI

“Apalagi batik saya bolak-balik persis, sampai ke titik-titiknya,” ungkap Gusti Putri yang siang itu didampingi Mbak Anggie, asisten pribadinya.

GKBRAy Paku Alam X menerima cenderamata dari PWKI di Puro Pakualam, Yogyakarta, Selasa (31/1/2023). Foto: PWKI
GKBRAy Paku Alam X menerima cenderamata dari PWKI di Puro Pakualam, Yogyakarta, Selasa (31/1/2023). Foto: PWKI
Menurut Gusti Putri mahalnya batik tulis ciptaannya karena hanya tercipta sekali. “Kalaupun dibuat tiruannya, sentuhan garis dan warnanya pasti berbeda,” ujar Gusti Putri yang mulai melahirkan motif batik terinspirasi naskah kuno Pakualaman sejak 2009 ini.

Bagi suatu bangsa kehilangan kain tradisional itu sama seperti kehilangan satu tradisi. Karena itulah GKBRAy Paku Alam gigih dan konsisten mencintai batik. Selain membatik untuk “Kolekdol” (koleksi dan dol --dijual), ia juga berusaha mengangkat batik-batik yang hampir punah. Salah satunya batik Pandan Laut. “Karena yang menganyam adalah simbah-simbah yang sudah tua di Bantul,” terangnya.

Baca Juga: 5 Januari, Paus Emiritus Benediktus XVI Dimakamkan di Katakombe Basilika St Petrus

Melihat kondisi tersebut, Gusti Putri berupaya agar para simbah pengrajin pandan laut  bisa naik kelas, salah satunya dengan membuat harga jual harus Rp 50 ribu.

Suasana ceria saat Delegasi Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) ke Vatikan berfoto bersama dengan GKBRAy Paku Alam X (kebaya biru)  di Puro Pakualam, Yogyakarta, Selasa (31/1/2023). Foto: PWKI
Suasana ceria saat Delegasi Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) ke Vatikan berfoto bersama dengan GKBRAy Paku Alam X (kebaya biru) di Puro Pakualam, Yogyakarta, Selasa (31/1/2023). Foto: PWKI
"Para simbah ini sangat ngenes sekali, tiga hari atau 5 hari menganyam pandan laut hasilnya hanya Rp 20 ribu. Makanya saya berupaya harga jualnya harus Rp 50 ribu, " ujar dia. 

Upaya lainnya, Gusti Putri juga menggelar lomba untuk melukis di atas tas pandan. “Saya akan adakan lomba itu di ajang ICRAFT tahun ini. Nanti hasilnya dijual atau dilelang,” katanya seraya menambahkan bahwa itu merupakan salah satu upaya membuat UMKM naik kelas.

Delegasi PWKI ke Vatikan berfoto bersama dengan GKBRAy Paku Alam X (kebaya biru) dan Kliping berita di Puro Pakualam, Yogyakarta, Selasa (31/1/2023). Foto: PWKI
Delegasi PWKI ke Vatikan berfoto bersama dengan GKBRAy Paku Alam X (kebaya biru) dan Kliping berita di Puro Pakualam, Yogyakarta, Selasa (31/1/2023). Foto: PWKI
Pada akhir pertemuan tersebut, delegasi PWKI menyerahkan Pigura berisi kliping berita dan foto-foto --termasuk momen Ketua Delegasi PWKI ke Vatikan Mayong Suryolaksono menaruh kain batik “Ceplok Mangkara Latar Kawung” karya KGBray Adipati Paku Alam X ke pundak Paus Fransiskus – saat kunjungan delegasi PWKI dalam audiensi umum di Basilika St Petrus, Rabu (16/11/2022)  lalu.  (*)

Editor: Ruth Tobing


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x