Sarah Gilbert Pembuat Vaksin AstraZeneca Ternyata Tidak Berasal dari Keluarga Dokter, Ini Profilnya

- 19 Juli 2021, 12:20 WIB
Sarah Gilbert Sarah Gilbert pembuat vaksin Covid-19 AstraZeneca yang rela melepas hak paten vaksin untuk kepentingan umat manusia
Sarah Gilbert Sarah Gilbert pembuat vaksin Covid-19 AstraZeneca yang rela melepas hak paten vaksin untuk kepentingan umat manusia /Tangkapan layar akun Youtube 60 Minutes Australia

SEPUTAR CIBUBUR - Sarah Gilbert Pembuat vaksin Covid-19 AstraZeneca yang disebut Fadli Zon sebagai orang yang Pancasilais, karena rela melepas hak paten vaksin untuk kepentingan umat manusia.

Video Sarah Gilbert mendapat standing applause dari seluruh penonton turnamen tenis Wimbledon, pada 28 Juni 2021 itu  langsung viral di media sosial dan kini dia sedang dapat perhatian masyarakat dunia.

Dalam video itu, diumumkan bahwa Sarah Gilbert telah berkontribusi pada negara dalam menghadapi pandemi, termasuk telah membantu turnamen Wimbledon tersebut dapat digelar, kemudian sambut riuh para penonton.

Baca Juga: Fadli Zon Puji Sarah Gilbert dan Sindir Komersialisasi Program Vaksin Berbayar Pemerintah

Berkat jasa Sarah Gilbert pulalah banyak negara di Eropa yang sudah tidak mewajibkan masyarakatnya bermasker, bahkan turnamen Wimbledon, sebagian besar penontonnya tidak lagi memakai masker.

Penasaran ingin tahu sosok Sarah Gilbert, ilmuan yang dermawan itu. Karena dialah, vaksin AstraZeneca bisa dijual dengan harga murah dipasaran, sebab mahakaryanya itu tidak dipatenkan.

Terlahir dengan nama Dame Sarah Catherine Gilbert, di Kettering, Northamptonshire pada April 1962, Sarah Gilbert adalah seorang ahli vaksinasi berkewarganegaraan Inggris yang juga merupakan seorang profesor Vaksinologi di  Oxford University dan salah satu pendiri Vaccitech.

Baca Juga: Satgas Covid-19 Keluarkan Surat Edaran Pembatasan Kegiatan Masyarakat Selama Libur Iduladha, Ini Rinciannya

Pada awal 2021, Sarah Gilbert memimpin pengembangan dan pengujian vaksin flu universal. Dia kemudian memimpin uji coba pertama vaksin Ebola pada tahun 2014, diikuti oleh Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS).

Halaman:

Editor: Erlan Kallo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x