Simak Saham untuk Trading Minggu Ini

- 5 Juni 2023, 16:56 WIB
Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: Lucius GK
Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta. Foto: Lucius GK /

SEPUTAR CIBUBUR - Perdagangan pendek pekan lalu karena libur Hari Lahir Pancasila dan cuti bersama Hari Raya Waisak 2567 BE tak berhasil membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak ke zona hijau. IHSG terkoreksi -0,8% dengan penurunan terdalam disumbang sektor perindutrian sebesar -3,1%, sektor barang baku -2,7% dan sektor properti & estate sebesar -2,5%. Sementara itu, satu-satunya sektor terkuat yang menahan koreksi yakni sektor teknologi sebesar 11,2%.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Mino menegaskan ada 3 sentimen negatif yang membuat IHSG masih di zona koreksi yakni masih belum disetujuinya debt ceiling oleh Kongres Amerika, berlanjutnya penuruanan harga komoditas dan pendeknya hari perdagangan.

Mino menjelasnkan meski sudah disetujui oleh perwakilan kubu Partai Republik, namun debt ceiling masih menunggu persetujuan Kongres. belum disetujuinya debt ceiling oleh Kongres membuat investor masih cenderung hati-hati terhadap prospek ekonomi Amerika sehingga masih berdampak negatif terhadap pergerakan harga sebagian harga besar harga komoditas.

"Terkait jam perdagangan yang cukup pendek yakni 3 hari membuat investor cenderung menahan diri untuk bertransaksi," tegasnya di Jakarta, Senin (5/6/2023).

Baca Juga: IHSG Hari ini Potensi Tertekan, Bursa AS dan Eropa Turun Asia Mixed, Minyak Menurun Saat Emas Menguat

Sementara itu sentimen positif yang membuat IHSG tidak terjun bebas terimbas sentimen negatif, imbuh Mino, yakni rebalancing Indeks MSCI dan berlanjutnya aksi beli investor asing jadi angin segar bagi market.

"Rebalancing Indeks MSCI memberikan dampak signifikan pada perdagangan 31 Mei 2023, dimana GOTO mencatatkan kenaikan cukup signifikan +38 poin (+35%) sehingga membuat sektor teknologi dalam sepekan naik hingga +11.2%. Selain itu, pada minggu lalu asing kembali mencatatkan beli bersih sebesar Rp1.40 triliun menjadikan pembelian bersih asing dari awal tahun mencapai Rp15.97 triliun dan GOTO menjadi saham dengan pembelian bersih terbanyak selama sepekan yaitu sebesar Rp3.1 triliun, disusul ICBP sebesar Rp0.29 triliun, BBCA sebesar Rp0.13 triliun," tegasnya.

Berbicara tentang peluang pada minggu ini, Mino menjelaskan ada 2 sentimen yang bakal menggerakkan market yakni dari domestik dan eksternal. Dari domestik ada data manufaktur, data inflasi dan data cadangan devisa, sementara itu dari eksternal cukup banyak sentimennya yakni disetujuinya debt ceiling oleh Kongres, positifnya data non-farm payroll, klaim pengangguran mingguan dan perkembangan harga komoditas.

Pada Mei indeks manufaktur tercatat mengalami penurunan menjadi 50.2 dari sebelumnya 52.7, namun demikian sektor manufaktur Indonesia masih dalam fase ekspansif untuk ke dua puluh satu kalinya secara berturut-turut. Terkait data inflasi, jelasnya, investor masih akan menunggu data inflasi Mei yang menurut konsensus akan kembali turun menjadi 4.22% yoy/0.33% mom yoy dari sebelumnya 4.33% yoy/0.3% mom.

Sementara itu inflasi inti juga diperkirakan akan kembali turun menjadi 2.80% yoy dari sebelumnya 2.83% yoy.

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x