SEPUTAR CIBUBUR – Memimpin pengembangan panas bumi di Indonesia selama 17 beroperasi, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE terus menunjukkan resiliensi serta komitmennya dalam mengembangkan potensi panas bumi di Indonesia.
Mengawali tahun 2023, tepatnya pada bulan Februari, Perseroan melakukan initial public offering (IPO). “Aksi korporasi terbesar ke-5 di bursa saham ini mencatatkan performa yang sangat baik dengan pendapatan Rp9,05 triliun serta oversubscription hingga 3,81 kali,” ujar Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Julfi Hadi dalam acara syukuran ulang tahun PGE ke-17, Selasa, 12 Desember 2023.
Hingga 11 Desember 2023, saham PGEO berhasil naik 20,54% dengan market capitalization sebesar Rp 48,4 triliun.
“Pencapaian ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap kemajuan energi terbarukan, khususnya panas bumi di Indonesia, selama beroperasi kami mencoba untuk accelerate but realistically,” lanjut Julfi.
Baca Juga: Di Forum Internasional Ini, PGE Tegaskan Komitmen Dekarbonisasi
Ia melanjutkan, selama beroperasi, Perseroan berhasil mengatasi tantangan akselerasi bisnis. “Bottleneck tersebut kami atasi dengan melakukan perubahan model bisnis yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan produksi Perseroan,” ungkapnya.
“Dengan strategi quick wins dan penerapan teknologi co-generation di beberapa area, saat ini Perseroan sedang berproses untuk mencapai target tersebut, tentunya dengan bantuan optimalisasi value creation,” kata Julfi.
Lebih lanjut, PGE juga berkolaborasi dengan Pertamina NRE dan Pertamina Patra Niaga untuk mendorong komersialisasi karbon dengan memasok kredit karbon ke agregator utama Pertamina Geothermal Energy, yaitu Pertamina New Renewable Energy (PNRE) pada bursa karbon Indonesia.
Terkait komersialisasi karbon, Julfi menjelaskan, pada tahun ini PGE sudah membukukan pendapatan kredit karbon sebesar US$732 ribu. “Ini merupakan pendapatan perdana dari bursa karbon Indonesia,” ujar Julfi.