Moderasi Beragama Jadikan Manusia Penuh Kasih dan Toleran

11 Agustus 2022, 16:16 WIB
impinan dan tim LKPMB Indonesia dan Inspektur Jenderal Kemendikbud Ristek, Dr Chatarina M Girsang SH SE MH foto bersama di Senayan, Jakarta, Selasa 9 Agustus 2022 /LKPMB

SEPUTAR CIBUBUR – Lembaga Kajian Pendidikan dan Moderasi Beragama (LKPMB) Indonesia menegaskan bahwa moderasi beragama mutlak diperlukan dalam dunia pendidikan. dan diajarkan kepada peserta didik dan masyarakat luas agar menjadi manusia yang mendamaikan, penuh kasih sayang dan toleran di masa yang akan datang.

“Moderasi beragama di lembaga pendidikan sangat penting karena guru, dosen, tokoh masyarakat dan para pendidik memiliki peran penting untuk memberikan pemahaman dan pengertian yang luas tentang menghargai perbedaan,” kata Direktur Eksekutif LKPMB Indonesia Alfonsus Beo Say SE MM saat audiensi dengan Inspektur Jenderal Kemendikbud Ristek, Dr Chatarina M Girsang SH SE MH di Jakarta, Selasa 9 Agustus 2022.

Turut hadir dalam audiensi Direktur Kajian Pendidikan Dr Cicilia Damayanti, Direktur Kajian Budaya dan Moderasi Beragama Dr (Cand) Cl Tindra Matutino Kinasih, Direktur Kebijakan Publik & Kerjasama Antar Lembaga Bondan Wicaksono SE ME.

 Baca Juga: Penanganan Kemiskinan Ekstrem Di Papua, Kementerian PUPR Salurkan Program BSPS Rp 2,4 M

Dr Chatarina mengatakan bahwa pendidikan merupakan faktor penting dalam membangun lingkungan yang toleran terhadap semua pemeluk agama.

Oleh karena itu penerapan moderasi beragama dalam pendidikan diperlukan untuk membangun rasa saling pengertian sejak dini antara peserta didik yang mempunyai keyakinan agama yang berbeda.

“Sehingga kurikulum atau buku-buku yang diterapkan di sekolah pun sebaiknya kurikulum yang memuat nilai-nilai pluralisme dan toleransi keberagamaan.,” tutur Dr Chatarina.

Baca Juga: Negara Hadir Berikan Jaminan Pelindungan Ketenagakerjaan Bagi Atlet sepakbola

Menurut dia, penerapan nilai-nilai budaya religius di sekolah serta kuatnya kepedulian dari guru dan manajemen lembaga pendidikan, diharapkan dapat membentuk kebersamaan dan sosial peserta didik, sehingga secara prospektif dapat membangun watak, moral dan peradaban bangsa yang bermartabat dan tidak membeda-bedakan agama orang lain.

Sementara terkait implementasi moderasi beragama proses belajar mengajar, Alfonsus mengatakan hal itu dapat dilakukan dengan menggunakan metode diskusi, kerja kelompok, dan karya wisata. Dengan pemahamannya, peserta didik dapat mengimplentasikan dalam kehidupan sehari-hari.

“Dalam program pendidikan ini guru bisa menyisipkan topik-topik ke-bhinneka-an dan nilai-nilai moderasi beragama dalam setiap materi pendidikan”, kata dosen Unisadhuguna Business School Jakarta ini.

Baca Juga: Dukung Pariwisata Di Tapsel, Agincourt Resources Tambah Fasilitas Menara Pandang Sipirok

Lebih lanjut mantan aktivis 98 ini mengatakan dengan pengulangan moderasi beragama dapat terbentuk karakter yang bijaksana. Karakter yang tidak hanya dapat mengetahui benar-salah tetapi mempunyai kesadaran dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan hal-hal baik dalam kehidupan sehari-hari.

Saat ini, sambung Alfonsus, masyarakat tidak hanya bisa toleran tetapi bisa mencintai perbedaan dan sadar perbedaan sebagai sumber kekuatan.

“Kalau kita kembali ke budaya kita, moderat, ber-bhinneka, itu adalah kekuatan asli kita. Moderasi beragama kini menjadi simbol perekat segala bentuk keragaman agama di Indonesia. Moderasi beragama bukanlah upaya memoderasikan agama, melainkan memoderasi pemahaman dan pengamalan kita dalam beragama,” pungkas Alfonsus.***

Editor: Ruth Tobing

Tags

Terkini

Terpopuler