Network
SEPUTAR CIBUBUR – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI berkomitmen menjadi Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) sebagai “Museum untuk Semua", menjadi museum yang terbuka dan inklusif untuk semua kalangan masyarakat.
Pencanangan gerakan merupakan rangkaian peringatan 66 Tahun Konferensi Asia Afrika tahun ini. Sebagai komitmen Museum KAA Komitmen itu diwujudkan melalui peluncuran dua produk media belajar.
Dua produk itu adalah buku braille dan buku suara (audiobook) The Bandung Connection serta satu media video Museum untuk Semua: Empat Dekade Perjalanan Museum KAA di Ruang Utama Gedung Merdeka-Museum KAA, seperti yang dimuat dalam laman Kemenlu RI (kemlu.go.id), 29 April 2021.
Baca Juga: Dua Warga Negara India Ditangkap, Menyusul Lima Lainnya Karena Langgar Aturan Kekarantinaan.
Penerbitan Buku Braille dan Buku Suara (Audiobook) The Bandung Connection oleh Museum KAA ini merupakan buku sejarah Konferensi Asia Afrika yang pertama kalinya diproduksi dalam edisi Braille dan Buku Suara.
Pemilihan buku The Bandung Connection sebagai edisi perdana buku sejarah KAA dalam format buku braille dan buku suara dikarenakan buku ini ditulis oleh pelaku sejarah KAA, Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal Konferensi Asia Afrika.
Peluncuran ketiga produk media belajar baru Museum KAA ini lebih lanjut bertujuan untuk mempertegas kembali komitmen Museum KAA sebagai museum yang terbuka dan inklusif untuk semua, termasuk bagi kalangan disabilitas.
Berbagai upaya yang telah dijalankan Museum KAA untuk menjadi museum yang inklusif bagi penyandang disabilitas telah sesuai dengan amanat UN Convention on the Rights of Persons with Disabilities.
