Dekom BI Gelar BI Sapa Akademisi di Bali

- 6 Mei 2024, 16:22 WIB
Narsum Novi Maryaningsih (Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI) dan moderator Puji Astuti (Asisten Deputi Direktur Dekom BI). Foto: Dekom BI
Narsum Novi Maryaningsih (Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI) dan moderator Puji Astuti (Asisten Deputi Direktur Dekom BI). Foto: Dekom BI /

SEPUTAR CIBUBUR – Departemen Komunikasi Bank Indonesia (Dekom BI) menggelar kegiatan “BI Sapa Akademisi” pada 6-7 Mei 2024 di Hotel The Stones, Legian, Bali. Hari pertama, kegiatan Focused Group Discussion (FGD) “Diseminasi Kebijakan Terkini BI”. Selanjutnya pada hari kedua, seminar hybrid dengan topik “Implementasi QRIS Tuntas”. Acara tersebut dibuka oleh Nita A Muelgini (Direktur Dekom BI).

“Forum ini merupakan diseminasi kebijakan BI terkini yang ditujukan bagi akademisi dan peniliti”, ujar Nita A Muelgini dalam sambutan pembukaan acara.

Menurut Nita, para akademisi dan peneliti diharapkan menjadi salah channel untuk menyalirkan informasi kebijakan BI baik dalam bentuk artikel opini di media, artikel riset di jurnal maupun sebagai materi kuliah.

Pada hari pertama Senin (6/5/24) berupa FGD dengan narasumber Indra Astrayuda (Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter), Dhaha Praviandi Kuantan (Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial) dan Novi Maryaningsih (Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran). Ketiga narsum menjelaskan kondisi makroekonomi Indonesia dan kebijakan BI terkini. Selaku moderator Puji Widodo (Deputi Direktur Dekom BI), Henri Nosih Saturwa (Asisten Deputi Dekom BI), dan Puji Astuti (Asisten Deputi Dekom BI).

Baca Juga: Bank Indonesia (BI) Siapkan Uang Tunai Sebesar Rp195 Triliun Dalam Rangka Menyambut Idul Fitri 2023

“Stabilitas makroekonomi Indonesia saat ini dipengaruhi dinamika ekonomi global yang bergerak cepat”, jelas Indra Astrayuda.

Menurut Indra, tingginya suku bunga acuan Bank Sentral AS (Federal Fund Rate/FFR) saat ini menjadi sumber spekulasi ekonomi global. Sampai saat ini FFR belum turun, sehingga investor mengalihkan investasi di mata uang dollar AS dan menjadikan mata uang tersebut cenderung menguat.

Di sisi lain mata uang Rupiah sedikit mengalami depresiasi. Faktor lain adalah kondisi geopolitik, khususnya memanasnya hubungan Israel dengan Iran. Kondisi tersebut mendorong harga minyak dunia naik dan pasokan produk pangan dunai terganggu. “Kedua hal tersebut dapat mendorong terjadinya inflasi di pasar domestik”, jelas Indra Astrayuda.

Narsum Dhaha Praviandi Kuantan (Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI) dan moderator Henri Nosih Saturwa (Asisten Deputi Direktur Dekom BI). Sumber: Dekom BI
Narsum Dhaha Praviandi Kuantan (Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI) dan moderator Henri Nosih Saturwa (Asisten Deputi Direktur Dekom BI). Sumber: Dekom BI
Ia mengatakan bahwa berkaitan dengan kondisi di atas maka Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25%. Menurut Indra kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak memburuknya risiko global. Kebijakan tersebut juga  sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.

Baca Juga: Bank Indonesia Merilis Laporan Pelaksanaan Tugas 2022 dan Arah Kebijakan Bank Indonesia 2023

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah