Baca Juga: 5 Januari, Paus Emiritus Benediktus XVI Dimakamkan di Katakombe Basilika St Petrus
Menurut Padre Marco, hal ini bukan hal baru. Delapanbelas tahun lalu pada waktu Misa Requiem pemakaman Paus Johannes Paulus II juga sudah terjadi hal yang sama. Jumlah umat waktu itu jutaan. Tepuk tangan mereka lebih meriah lagi, apalagi disertai dengan teriakan-teriakan yel „Giovanni Paolo“ atau Johannes Paulus. Rasanya aneh tetapi butuh sedikit upaya berpikir dan menghubungkan makna asli kata applausus yang diadopsi ke dalam berbagai bahasa ini untuk bisa memahaminya.
Secara singkat, lanjut Padre Marco, tepuk tangan adalah sebuah „laudatio“ yang tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah ungkapan terima kasih, pujian dan pengakuan yang tidak bisa mereka ungkapkan dengan bahasa lain. “Keterbatasan bahasa mereka menghantar mereka kepada aksi unik ini,” ujarnya.
Baca Juga: Mangga Arumanis dan Kenangan Padre Marco tentang Paus Benediktus XVI
Terakhir Padre Marco mengatakan bahwa lingkaran budaya tertentu mungkin melihatnya aneh dan tidak pada tempatnya, kurang lebih seperti orang Afrika menari-nari di sekeliling mayat, tetapi manusia memiliki banyak kemungkinan untuk mengungkapkan perasaan. Tepuk tangan bukan saja di Parlemen, acara ulang tahun, pesta nikah, pemilihan pemimpin baru, dan lain-lain.
“Dia juga punya tempat dalam acara duka. Jarang, tetapi ada. Asal diketahui konteks dan maknanya,”tutup Padre Marco SVD. (Lucius GK)