SEPUTAR CIBUBUR- Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) menilai pandangan Bill Gates soal sawit merusak lingkungan menyesatkan.
Sekjen CPOPC Rizal menilai, Bill Gates sengaja memberi opini menyesatkan untuk menggiring pemahaman publik tanpa berbasis data akurat bahwa minyak sawit menjadi penyebab penggundulan hutan atau deforestasi.
“Gates mungkin belum terinformasi bahwa sawit menjadi satu-satunya minyak nabati paling ketat dalam pemberlakukan sertifikasi keberlanjutan,” kata Rizal.
Baca Juga: Pernah Bekal Partai Demokrat, Moeldoko Tak Hadir di Pelantikan AHY
Rizal mengatakan, pemerintah Indonesia dan Malaysia telah melakukan berbagai usaha untuk memastikan produksi sawit berjalan secara berkelanjutan, salah satunya dengan menghentikan ekspansi lahan untuk perkebunan sawit.
Sebelumnya, Lembaga World Research Institute menyatakan penurunan tajam angka deforestasi Indonesia dan Malaysia sejak 2017.
Kedua negara, kata Rizal terus menjalankan komitmen untuk meningkatkan produktivitas lahan yang sudah ada tanpa pembukaan lahan baru melalui kebijakan nasional termasuk sertifikasi keberlanjutan.
Baca Juga: Kementan Bakal Konversi 10 Juta Hektare Rawa Jadi Area Pertanian
Menurut Lukman, sawit satu-satunya minyak nabati ketat dalam pemberlakukan sertifikasi keberlanjutan.
Industri sawit punya banyak sertifikasi mulai yang bersifat mandatory nasional seperti Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) dan berbasis voluntary yaitu Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Selain itu ada sertifikasi lain yakni global yakni Roundtable on Sustainable Biomaterials (RSB), Agriculture Sustainable Standard (SAN), International Sustainability and Carbon Certification (ISCC), dan High Carbon Stock (HCS) Approach.
Baca Juga: Kemendag Jamin Stok Beras Nasional Aman
Untuk mencapai produksi sawit berkelanjutan guna mencapai ketahanan pangan dan enerji, Sekjen CPOPC percaya, solusi yang dibutuhkan adalah semangat bekerja sama antara negara produsen dan konsumen.
CPOPC menjalankan peran ini dalam kaitan memenuhi persyaratan European Union Deforestation Regulation (EUDR) dengan menfasilitasi kolaborasi antara pemerintah Indonesia dan Malaysia dengan Uni Eropa melalui Ad Hoc Joint Task Force (JTF).
Platform Ad Hoc JTF dibentuk untuk mendiskusikan tantangan implementasi EUDR dengan berjejak pada pemahaman bersama akan isu keberlanjutan, dan memastikan bahwa produk-produk komoditas yang termasuk dalam EUDR akan dan telah memenuhi persyaratan bukan dari pembabatan hutan.
Sekretariat CPOPC setuju bahwa praktik deforestasi harus dihapuskan.
Namun demikian, untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan kemitraan yang kuat dan solid, bukan yang hanya menyalahkan salah satu pihak saja.
Baca Juga: Dapat Nilai A, Tetra Pak Masuk Jajaran Pemimpin CDP
Untuk itu, dia mengingatkan agar klaim Gates yang menyebut sawit sebagai bentuk kriminal terburuk dari perubahan iklim harus dan perlu dikoreksi.
Sejumlah bukti ilmiah menunjukkan budidaya sawit justru mengurangi emisi gas rumah kaca atau greenhouse gas (GHG).
Sawit berasal dari pohon yang menjalankan fungsi ekologis melalui proses sekuestrasi (menangkap dan menyimpan) karbon dioksida dan melepaskan oksigen.
Demikian jelas bahwa sawit justru memiliki peran penting dalam kontribusi menurunkan emisi GHG.
Mengenai penemuan ilmiah untuk mencari alternatif dari minyak sawit, Sekretariat CPOPC menyambut upaya tersebut sebagai inovasi menjaga ketahanan pangan dan enerji dimasa depan ditengah laju cepat populasi dunia. Minyak sawit tidak mungkin menjalankan peran itu sendirian tanpa minyak nabati lainnya.
“Maka alih-alih mendiskreditkan, Gates sebaiknya merenungkan fungsi ekologis pohon sawit dan produktivitasnya yang mampu menghasilkan 8-10 kali lipat dari minyak nabati lainnya untuk setiap hektar lahan,” kata Sekjen CPOPC.***