SEPUTAR CIBUBUR - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menegaskan, kehadiran Muhammadiyah merupakan bentuk upaya dalam menjadikan khair al ummah (umat yang terbaik) dalam konteks berbangsa.
Oleh karena itu, kata Haedar, dalam situasi apapun, termasuk menghadapi potensi pembelahan akibat Pemilu 2024, Muhammadiyah berdiri paling depan menyatukan bangsa.
Haedar menjelaskan, peran besar Muhammadiyah dalam upaya penyatuan Bangsa Indonesia telah dilakukan jauh sebelum Indonesia merdeka.
Dia mencontohkan, peran Kader Muhammadiyah Jenderal Besar Sudirman yang menjadi pelopor dan simbol perjuangan bangsa dalam mengusir penjajah, dan peran Ki Bagus Hadikusumo yang rela mencoret tujuh kata diubah menjadi Tauhid atau Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
“Inilah bentuk dari pemihakan dan kepedulian, bahkan kita menjadi bagian dari pendiri republic ini. Maka, entah 2024, atau seterusnya, kalau ada hal-hal yang retak karena politik – urusan politik, kita Muhammadiyah harus berada di depan menyatukan bangsa, ” jelas Haedar dalam Silaturahmi Keluarga Besar Muhammadiyah Pekalongan, Minggu, 19 Juni 2022, di Pekalongan.
Lebih lanjut, Haedar menghimbau seluruh warga persyarikatan supaya jangan karena urusan politik bahtera besar yang bernama Muhammadiyah menjadi retak.
Baca Juga: Tulisan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Mengenang Buya Syafii Maarif yang Pesan Pemakaman
Lebih khusus, Haedar juga mengajak menjadikan Muktamar ke-48 Muhammadiyah – ‘Aisyiyah harus menjadi teladan bagi permusyawaratan-permusyawaratan organisasi lain, bahkan pemerintah.