Pancasila Tak Dikenal Baik Generasi Milenial dan Z

- 5 Juni 2023, 17:08 WIB
Diskusi secara daring kerjasama PCRP, Lembaga Studi Agama & Filsafat (LSAF), Silapedia dan Universitas Paramadina bertema “Negara Pancasila dan Cita-cita Islam: Pemikiran Soekarno.” Sabtu (3/6/2023). Foto: Istimewa
Diskusi secara daring kerjasama PCRP, Lembaga Studi Agama & Filsafat (LSAF), Silapedia dan Universitas Paramadina bertema “Negara Pancasila dan Cita-cita Islam: Pemikiran Soekarno.” Sabtu (3/6/2023). Foto: Istimewa /

SEPUTAR CIBUBUR – Budhy Munawar-Rachman Direktur Paramadina Center for Religion and Philosophy (PCRP) berpendapat bahwa Pancasila sekarang tidak lagi dikenali dengan baik terutama oleh generasi milenial dan generasi Z.

“Kitapun terasa kurang lagi mendalami sejak Pendidikan Pancasila tidak berdiri sendiri tetapi masuk mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan,” ujar Budhy Munawar Rachman, dalam diskusi secara daring kerjasama PCRP, Lembaga Studi Agama & Filsafat (LSAF), Silapedia dan Universitas Paramadina bertema “Negara Pancasila dan Cita-cita Islam: Pemikiran Soekarno.” Sabtu, 3 Juni 2023.

Menurut Budhy, hal yang paling memprihatinkan adalah kita semakin kehilangan dalam berbangsa dan bernegara dan juga adanya praktik-praktik politik yang bertentangan dengan nilai-nilai telah dibangun dan dikembangkan dengan susah payah.

“Kajian Islam dan Pancasila ini diharapkan menghasilkan satu artikel atau jurnal yang membuka jalan kita untuk terus memikirkan tentang Pancasila, filsafat Pancasila atau pemikiran Islam dimana Universitas Paramadina telah memiliki concern,” katanya.

Baca Juga: Andi Widjajanto: Beberapa Hal Perlu Diperbaiki agar Pancasila Makin Kokoh sebagai Benteng Indonesia

Ia menyatakan bahwa persoalan Islam dan Pancasila sangat mendalam dan banyak detailnya. “Mulai dari bagaimana pandangan Soekarno tentang Islam dan Pancasila, sampai pada akhir-akhir ini di mana terdapat kelompok-kelompok garis keras yang coba menafsirkan Pancasila dengan cara berbeda, atau disebut dengan ‘Pancasila yang bersyariah’,” paparnya.  

Hal tersebut menurut Budhy juga diperkaya dengan pandangan-pandangan yang lebih positif dari para cendekiawan muslim yang sangat menarik untuk dipelajari.

Budhy Munawar Rachman - Direktur Paramadina Center for Religion and Philosophy (PCRP). Foto: Paramadina
Budhy Munawar Rachman - Direktur Paramadina Center for Religion and Philosophy (PCRP). Foto: Paramadina
“Cak Nur, Gus Dur, Buya Syafii Ma’arif diketahui punya nuansa-nuansa yang khas, dan pandangan dari ormas Islam NU dan Muhammadiyah yang mempunyai penafsiran tentang Pancasila secara unik dan khas, serta bisa ditulisan sebagai topik tersendiri dalam sebuah artikel/jurnal. Belum lagi pemikiran dari Yudi Latief sebagai pemikir Islam kontemporer yang mempunyai pandangan tersendiri tentang Pancasila.’ tuturnya.

Syaiful Arif - Direktur Pusat Studi Pemikiran Pancasila menjelaskan kenapa pada pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 tidak terdapat kata Pancasila  “Hal itu tidak menegasikan fakta historis dan yuridis bahwa alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945 adalah Pancasila. Alinea ke 4 itu boleh kita sebut sebagai Pancasila tanpa nama Pancasila.”

Dalam paparannya Syaiful menyatakan bahwa terdapat hubungan dari 3 rumusan ide tentang Pancasila yang menjadi awal dari pembentukannya. “Yakni pertama rumusan 1 Juni dari Soekarno, lalu rumusan dari panitia 9, Soekarno sebagai ketua pada 22 Juni yang menghasilkan Piagam Jakarta (tokoh-tokoh Islam berperan sentral) dan rumusan 18 Agustus 1945 dari PPKI, Soekarno Ketua PPKI, Hatta dan tokoh-tokoh Islam berperan sentral.”

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x