Dolar AS Menguat Terhadap Sekeranjang Mata Uang Utama Pada Akhir Perdagangan Senin

13 Desember 2022, 12:52 WIB
Ilustrasi gambar uang kertas dolar AS, Franc Swiss, pound Inggris dan Euro; Dolar AS Menguat Terhadap Sekeranjang Mata Uang Utama Pada Akhir Perdagangan Senin /REUTERS/Kacper Pempel

SEPUTAR CIBUBUR - Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), jelang data utama yang diperkirakan akan menunjukkan moderasi inflasi AS pada November pada basis tahun-ke-tahun, dan keputusan Fed yang kemungkinan memperlambat laju suku bunga pada akhir pertemuan Rabu 14 Desember 2022.

Sejak mencapai puncaknya pada akhir September, indeks dolar telah turun lebih dari 8,0 persen, dengan greenback diperkirakan akan berkurang daya tariknya dengan imbal hasil aset yang lebih rendah seperti obligasi pemerintah karena Fed melambat.

Dalam perdagangan sore, dolar naik 0,8 persen terhadap mata uang Jepang menjadi 137,71 yen.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Terkoreksi Cukup Dalam Terhadap Dolar AS Nantikan Rilis Data Inflasi AS dan Putusan The Fed

Dolar juga naik versus franc Swiss, menguat 0,2 persen pada 0,9348 franc, naik juga versus dolar Australia dan Selandia Baru, yang masing-masing turun 0,7 persen dan 0,5 persen.

Euro datar terhadap dolar, diperdagangkan pada 1,0535 dolar. Mata uang tunggal Eropa telah naik hampir 8,0 persen sejauh ini di kuartal keempat, dengan investor yang sebelumnya mengandalkan Bank Sentral Eropa berpegang teguh pada kenaikan suku bunga yang agresif. Indeks dolar, yang mengukur nilai greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,31 persen menjadi 105,13.

"Kami telah merasakan bahwa dolar telah mencapai puncaknya dan kami merasa seperti itu selama beberapa minggu. Kami berpikir bahwa penurunan tersebut ada sejak puncaknya pada September dan menuji dua kali lipat pada akhir Oktober," kata Amo Sahota, direktur eksekutif di perusahaan konsultan valas Klarity FX di San Francisco.

Baca Juga: Dolar AS Terbang Tinggi Mengatasi Rupiah Pada Penutupan Transaksi Hari Ini, Ternyata Ini Penyebabnya

"Itu tidak berarti bahwa dolar akan langsung turun dari sini. Dolar bisa tetap tinggi tetapi tidak mendekati tertinggi, bukan tanpa dorongan baru."

Data inflasi konsumen untuk November akan dirilis pada hari Selasa dan diperkirakan akan menunjukkan kenaikan 6,1 persen secara tahunan dalam pembacaan inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi, turun dari 6,3 persen pada Oktober.

"Dolar yang lebih lemah menandakan bahwa pasar memperkirakan inflasi yang lebih rendah dan mendengar apa yang dikatakan (Ketua Fed Jerome) Powell: bahwa Fed mengurangi laju kenaikan suku bunga dan pasar memperkirakan semua itu," kata Joe Perry, analis pasar senior di FOREX.com dan City Index di New York.

Baca Juga: Kabar Gembira Update Pengembalian Dana Korban Robot Trading Fahrenheit, Member Net89, DNA Pro, dll Bisa Simak

Minggu ini juga merupakan salah satu yang paling padat makro sepanjang tahun ini, dengan empat bank sentral utama mengadakan pertemuan kebijakan terakhir mereka pada 2022.

The Fed, ECB, bank sentral Inggris dan bank sentral Swiss akan merilis keputusan suku bunga minggu ini.

The Fed secara luas diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga 50 basis poin (bps) setelah serangkaian kenaikan 75 basis poin.

Baca Juga: Meski Belum Penuhi Harapan Pengembalian Kerugian, Komunitas Korban Robot Fahrenheit Puas atas Putusan Hakim

Investor akan tertarik untuk mengetahui apakah perkiraan suku bunga Fed melebihi 5,0 persen.

Untuk saat ini, fed fund berjangka telah memperkirakan suku bunga terminal, atau suku bunga di mana Fed akan berhenti mendaki, sebesar 4,984 persen pada Mei.

Dolar secara singkat naik sebanyak 0,5 persen terhadap pound setelah data menunjukkan ekonomi Inggris pulih pada Oktober setelah pukulan dari hari libur umum untuk pemakaman Ratu Elizabeth bulan sebelumnya, tetapi masih menunjukkan prospek yang suram.

Sterling terakhir datar di 1,2270 dolar. Yuan China di pasar luar negeri tergelincir 0,3 persen terhadap mata uang AS menjadi 6,996 per dolar, lebih lanjut ditekan oleh kekhawatiran atas potensi lonjakan kasus COVID karena China melonggarkan pembatasan COVID-19 yang ketat.***

Editor: Danny tarigan

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler