Banyak Ditemukan di Perangkat Listrik, Racun PCBs Bisa Sebabkan Kanker hingga Keguguran

- 28 Juli 2021, 21:00 WIB
Ilustrasi limbah elektronik yang banyak mengandung racun PCBs
Ilustrasi limbah elektronik yang banyak mengandung racun PCBs /PIXABAY/INESby

SEPUTAR CIBUBUR - Senyawa Polychlorinated Biphenyls (PCBs) yang banyak ditemukan di perangkat listrik meracuni manusia.

Keracunan PCB bisa menyebabkan kanker, bahkan keguguran.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pun mengingatkan kewajiban pengelolaan limbah PCBs.

Baca Juga: Faisal Basri Ungkap Modus Kedatangan TKA China ke Indonesia agar Tak Terendus Media: Gunakan Pesawat Charter

“Senyawa ini sangat berbahaya bagi manusia, sifatnya akumulatif dalam jangka panjang, dan dapat menyebabkan terjadinya beberapa jenis penyakit degeneratif," kata Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati dalam pernyataannya, Rabu 28 Juli 2021.

Beberapa penyakit yang bisa ditimbulkan diantaranya adalah kanker, hipertensi, diabetes, gangguan sistem reproduksi, penurunan daya tahan tubuh, peningkatan risiko penyakit jantung, dan gangguan sistem saraf.

Berdasarkan catatan, PCBs telah memakan korban sejak lama. Pada tahun 1968 di wilayah utara Kyushu Jepang, tercatat sebanyak 15.000 orang menderita penyakit pigmentasi pada kulit, peningkatan angka kematian janin, serta tercatat sebanyak 400.000 kasus kematian ternak unggas.

Baca Juga: Kabar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas Resmikan Agama Baha'i, Cek Fakta atau Hoax

Kejadian ini kemudian dikenal sebagai insiden “Kanemi Yusho”, yang penamaannya mengikuti nama perusahaan “Kanemi Company” yang memproduksi minyak beras yang diketahui terkontaminasi senyawa PCBs.

Tercatat juga sebanyak 1.843 kasus dengan gejala penyakit yang sama dengan insiden Yusho terjadi pada akhir tahun 1979 hingga 1980 di wilayah Taiwan Tengah.

Kasusnya ditemukan terjadi pada kelompok usia 11 hingga 20 tahun. Selain itu, terjadi kasus hiperpigmentasi atau bercak gelap pada kulit pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkontaminasi PCBs.

Sementara di Irlandia, kasusnya sedikit lebih ringan, dimana PCBs ditemukan pada sampel daging domba yang disembelih untuk dijual. Temuan ini menyebabkan dilakukannya penyelidikan secara intensif oleh otoritas Negara tersebut.

Baca Juga: Profil Aminda, Penyanyi 'Tiada Cinta Selain Kamu': Anak Kepala Badan Intelejen Negara

“Ketiga contoh tersebut mengkhawatirkan kita semua karena membuktikan bahwa PCBs dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan”, ungkap Rosa Vivien.

Bahan PCBs banyak diaplikasikan pada peralatan listrik antara lain cairan dielektrik, serta alat-alat rumah tangga seperti oven microwave, pendingin udara/AC, motor listrik, tombol listrik, kabel listrik bahkan pada tinta, pelumas, cat dan aspal.

PCBs hanya bisa terdeteksi keberadaannya melalui prosedur dan uji laboratorium dengan spesifikasi khusus.

Pencemaran air, tanah dan udara oleh PCBs dapat terjadi karena adanya kesalahan penanganan yang tidak sesuai prosedur dan protokol saat melakukan perawatan peralatan yang mengandung dan atau terkontaminasi PCBs pada industri.

Rosa Vivien pun mengingatkan pentingnya pengelolaan limbah PCBs. Menurut dia, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah untuk pengelolaan PCBs bertanggung jawab.

Baca Juga: WARNING! Menyerah pada PPKM, PKL di Kota Tegal Kibarkan Bendera Putih

Langkah-langkah dan tahapan Pengelolaan PCBs Berwawasan Lingkungan diatur lebih teknis melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 29 Tahun 2020 tentang Pengelolaan PCBS

"Ketentuan itu telah diundangkan sejak 30 Desember 2020 lalu,” ujar Rosa Vivien.***

Editor: sugiharto basith budiman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x