Adapun, tim yang diturunkan tidak hanya dari Pemkab Madiun saja, melainkan juga ada tim dari Provinsi Jatim. Saat ini, pihaknya terus berkomunikasi dengan Pemprov Jatim terkait hal itu.
Seorang petani porang asal Desa Pajaran, Kecamatan Saradan, Wisdianto mengatakan harga porang saat ini tidak menentu. Baik dari segi bibit maupun panennya.
Dia berharap harga porang bisa kembali stabil, sehingga petani bisa mendapatkan keuntungan dari menanam porang.
"Kami tidak minta harga porang seperti yang dulu bisa Rp12.000 per kilogram. Kami berharap harga porang bisa di angka Rp5.000 per kilogram. Itu petani sudah untung," kata dia.
Meski harga porang merosot, Wisdianto menyampaikan saat ini jumlah petani porang di desanya masih tetap banyak. Hal itu karena tanaman porang sudah ada sejak zaman dahulu sebelum terkenal akhir-akhir ini dan komoditas itu telah menjadi salah satu andalan warga setempat.
Harapan petani porang saat ini, pemerintah bisa memperbaiki tata niaga komoditas ekspor
tersebut.
"Alhamdulillah Pak Bupati sudah memfasilitasi dan sudah menjembatani terkait permasalahan ini. Mudah-mudahan ke depan tinggal menunggu tata niaga porang ini bisa berjalan dengan baik," katanya.
Porang menjadi komoditas primadona di Kabupaten Madiun untuk diekspor ke Jepang, China dan sejumlah negara lainnya.
Baca Juga: Jokowi Tolak Gibran Jadi Cawapres, Ketum Projo: Belum Penuhi Syarat Sesuai Konstitusi
Porang tersebut diekspor dalam bentuk olahan chips (irisan tipis) kering maupun dalam bentuk tepung porang. Karena sangat ekonomis, banyak warga Kabupaten Madiun yang menanam porang. Hal itu terlihat dari tren kenaikan luas lahan selama lima tahun terakhir.