SEPUTAR CIBUBUR - Cuaca kering ekstrim yang disebut siklus El Nino membayangi Indonesia. Fenomena ala mini diprediksi memberikan risiko besar pada terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terutama di semak belukar, area gambut dan lahan terlantar (tidak dikelola).
Untuk memitigasi risiko karhutla, Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) cabang Kalimatan Tengah (Kalteng) melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) bersama dengan pemerintah.
Ketua Bidang Lingkungan dan ISPO Gapki Kalteng, Sutto Suwahyo menegaskan komitmen Gapki dalam merangkul para pemangku kepentingan secara lebih dini sebagai upaya memitigasi risiko Karhutla. Di antaranya menyiapkan sarana dan prasarana di seluruh perusahaan anggota Gapki, mengedukasi masyarakat dan petani kelapa sawit sekitar, juga melakukan TMC di masa El Nino.
Baca Juga: Antisipasi Kekeringan Gegara El Nino, Pemerintah Siapkan Stok beras 2,2 Juta Ton
“Setiap hari kami melakukan evaluasi dan pemantauan terhadap seluruh wilayah Kalteng. Dari hasil evaluasi tersebut akan diputuskan daerah mana yang rawan dan menjadi prioritas pelaksanaan TMC. Kami tidak ingin kejadian kebakaran lahan terulang lagi. Maka sebelum itu terjadi, kami aktif melakukan upaya-upaya pencegahan,” tegas Sutto.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), wilayah Kalteng dan Riau menjadi daerah yang rentan terhadap kasus Karhutla. Menurut data BRIN, selama bulan Agustus sudah ditemukan lebih dari 60 hotspot di beberapa titik di Kalteng.
Baca Juga: Antisipasi Karhutla di Musim Kemarau, APP Sinar Mas Tambah Helikopter Water Bombing dan Personel TRC
“Secara historis, curah hujan wilayah Kalteng pada bulan Agustus 2023, hingga tanggal 24 menunjukkan penurunan dibanding rata-rata historisnya. Hal ini menunjukkan sangat besarnya pengaruh El Nino di Kalteng. Diharapkan dengan TMC, tidak hanya meminimalisir hotspot tapi kami berambisi agar zero hotspot di Kalteng,” ungkap Koordinator Lapangan TMC Kalteng, Chandra Fadlillah.