SEPUTAR CIBUBUR – Pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menguat di atas 7.000 meski hanya beberapa menit dan turun lagi hingga akhirnya ditutup menguat sebesar 1.19% di angka 6.977.
Community Lead IPOT, Angga Septianus menjelaskan penguatan pekan lalu dipimpin oleh sektor basic material sebesar 3.64% disusul infrastructures sebesar 2.84% dan technology 2.80%, sementara itu sektor yang mengalami pelemahan paling dalam adalah transport & logistics sebesar -5.95 disusul consumer cyclicals -0.77% dan consumer non-cyclicals -0.27%.
Ia menjelaskan pada pekan lalu ada 3 sentimen yang menggerakkan market yakni PMI Manufaktur Indonesia, inflasi Indonesia, dan data ekonomi AS.
Baca Juga: Ada Sentimen Mogok Buruh di Australia, Ini Rekomendasi IPOT
Terkait Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia, jelasnya, aktivitas manufaktur Indonesia terus menanjak pada Agustus 2023 didukung oleh kuatnya permintaan baik dari dalam maupun luar negeri.
Sementara itu terkait inflasi Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Indonesia atau Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 3,27% pada Agustus 2023 secara tahunan. Capaian ini lebih rendah dari konsensus Bloomberg yang terdiri dari 27 ekonom memperkirakan inflasi Agustus 2023 akan naik, dengan nilai tengah rata-rata prediksi di level 3,34% (yoy).
Penggerak market terakhir yakni data ekonomi AS, dimana data ekonomi AS yang di bawah ekspektasi (terutama Unemployment Rate, NFP di bawah 200rb, Job Offers) memperkuat ekspektasi jeda kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve.
Baca Juga: Investasi Saham Sedini Mungkin, IPOT Edukasi Anak Kos
Ia menambahkan the Fed mengekspektasikan pasar tenaga kerja stabil sehingga tidak perlu terburu-buru menaikkan suku bunganya. Menyusul data ekonomi yang rilis, yield obligasi juga mengalami penurunan.