IKI Oktober 2023: Daya Beli Menurun, Pelaku Usaha Menahan Produksi

- 2 November 2023, 08:20 WIB
Ilustrasi pekerja Industri/foto ilustrasi: senivpetro
Ilustrasi pekerja Industri/foto ilustrasi: senivpetro /

SEPUTAR CIBUBUR - Indonesia saat ini mengalami penurunan permintaan baik domestik maupun luar negeri. Perlambatan ekonomi Cina dan Uni Eropa, kenaikan suku bunga The Fed, kemarau yang panjang, belum berakhirnya perang Rusia-Ukraina, dan dimulainya perang Israel-Palestina ditengarai telah menyebabkan penurunan daya beli produk manufaktur Indonesia.

Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sejak bulan September 2023, khususnya untuk kelompok penghasilan di bawah Rp3 juta juga menunjukkan terjadinya penurunan daya beli masyarakat. Kenaikan harga bahan pokok menyebabkan masyarakat lebih berhati-hati dalam konsumsinya. Kondisi tersebut berdampak pada kinerja industri manufaktur bulan Oktober ini.

“Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Oktober 2023 mencapai 50,70, tetap ekspansi meskipun melambat 1,81 poin dibandingkan September 2023,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, menyampaikan saat rilis IKI Oktober 2023 di Jakarta, Selasa, 31 Oktober 2023.

Baca Juga: Harga Patokan Ekspor (HPE) Produk Pertambangan November 2023, Link Download

Febri menjelaskan, penurunan nilai IKI ini dikarenakan tiga hal utama. Pertama, penurunan daya beli global. Adanya tren perlambatan pertumbuhan global khususnya pada negara mitra dagang utama Indonesia terutama Tiongkok dan Eropa menyebabkan penurunan drastis terhadap permintaan produk manufaktur Indonesia.

Sementara, di pasar domestik, penurunan daya beli dipicu oleh kenaikan harga energi (khususnya BBM) serta kenaikan suku bunga. Hal ini juga menyebabkan cost of fund sektor manufaktur meningkat, menyebabkan kenaikan harga barang manufaktur. “Suku bunga acuan yang naik membuat masyarakat cenderung lebih berhati-hati khususnya dalam mengambil pinjaman. Pada gilirannya, hal ini mengurangi pengeluaran mereka untuk berbagai keperluan,” jelas Febri.

Penyebab kedua adalah melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah. Semakin melemahnya Rupiah menyebabkan biaya input untuk produk dengan bahan baku impor semakin tinggi, yang berdampak pada kenaikan biaya produksi. Jika dilihat data impor bahan baku/penolong pada bulan September, terdapat penurunan 4,86% dibanding bulan sebelumnya (mtm), serta impor barang modal turun 12,27% (mtm). Sebagai catatan, Rupiah terus terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama lima bulan berturut-turut. Di sisi lain, pelemahan rupiah juga dapat menjadi peluang bagi produsen yang menggunakan bahan baku lokal untuk dapat bersaing dengan produsen pengguna bahan baku impor.

Sedangkan faktor ketiga adalah faktor eksternal seperti banjirnya produk impor, peredaran barang ilegal, dan kenaikan harga energi pada Oktober ini. “Aparat Penegak Hukum dan Kementerian/Lembaga terkait belum bisa meredam banjirnya barang-barang impor dan barang ilegal yang menggerogoti pasar produsen domestik,” ujar Febri.

Kondisi tersebut telah menyebabkan 16 subsektor yang mengalami penurunan nilai IKI, dengan tiga subsektor yang mengalami penurunan nilai IKI tertinggi adalah Industri Mesin dan Perlengkapan ytdl; Industri Pengolahan Tembakau; dan Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik.

Halaman:

Editor: sugiharto basith budiman


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x