Industri Perlu Investasi Mitigasi Bencana, Jamin Keberlanjutan Usaha

- 30 Maret 2024, 22:20 WIB
Dari kiri: Trevi Jayanti, Indroyono Soesilo, Sujica W Lusaka dan Andrian Cader pada Acara NGOPI BARENG yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta.
Dari kiri: Trevi Jayanti, Indroyono Soesilo, Sujica W Lusaka dan Andrian Cader pada Acara NGOPI BARENG yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta. /

SEPUTAR CIBUBUR - Indonesia yang dianugerahi kekayaan sumber daya alam karena letak geografis dan geologinya. Kondisi itu pula yang menjadikan Indonesia harus menghadapi kenyataan sebagai negara dengan potensi bencana yang lengkap.

Oleh karena itu, pelaku usaha wajib berperan aktif dalam upaya penanggulangan bencana. Diperlukan kemauan untuk menginvestasikan sebagian sumber daya perusahaan untuk dapat menjamin keberlanjutan bisnis. 

Topik di atas dibahas dalam acara bertajuk “NGOPI Bareng BNPB” edisi Maret 2024 yang mengambil tema “Industri Berbasis Mitigasi Bencana dengan Sentuhan Teknologi”, Kamis, 28 Maret 2024. Acara ini menghadirkan narasumber Prof. Indroyono Soesilo dari CTIS (Center for Technology and Innovation Studies) dan Sujica W Lusaka, Head CFOM (Corporate Fire Operation Management) Asia Pulp & Paper (APP) Sinarmas.

Baca Juga: Kadispen TNI Minta Masyarakat Menjauh Jika Temukan Amunisi Tercecer di Sekitar Ciangsana

Indroyono mengingatkan tentang kondisi geologi Indonesia yang merupakan bagian dari Ring of Fire, yaitu wilayah di sekeliling Samudra Pasifik yang memiliki banyak aktivitas kegempaan dan vulkanisme.

Hal ini menyebabkan indonesia rawan terhadap bencana, namun sekaligus dilimpahi kekayaan minyak dan gas alam serta berbagai mineral ekonomis.

Demikian pula kondisi geografis Indonesia menyebabkan negara ini terpengaruh oleh anomali iklim ENSO (El Niño-Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) yang membuat musim kemarau menjadi lebih panjang. Dampaknya, Indonesia lebih rawan mengalami bencana kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan. Pada saat yang sama, anomali iklim tersebut membuat kawasan laut Indonesia berlimpah ikan. 

Dua sisi yang selalu berdampingan, antara bencana dan anugerah ini, menuntut kita untuk mampu menjalankan pemanfaatan sumber daya alam dan memperkuat resiliensi terhadap bencana secara beriringan.

Penggunaan teknologi, misalnya berupa buoy cuaca yang telah terpasang di lautan Indonesia merupakan salah satu wujud upaya tersebut.  “Dengan sistem pemantauan cuaca saat ini, potensi kemarau panjang akibat anomali iklim telah bisa dilihat sejak 12 bulan sebelumnya,” kata Indroyono.

Halaman:

Editor: sugiharto basith budiman


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x