Alami Ledakan Covid-19 , WHO Bertemu Para Ahli China, Hal ini yang Ingin Diketahui

4 Januari 2023, 08:46 WIB
Ilustrasi. Para ilmuwan WHO ingin dapat gambaran riil tentang ledakan Covid-19 di China beberapa waktu lalu /Freepik/

SEPUTAR CIBUBUR - Para ilmuwan terkemuka di komite penasihat Organisasi Kesehatah Dunia atau World Health Organization (WHO) mengadakan pertemuan penting dengan sejumlah ahli dari China untuk mendapatkan gambaran yang lebih realistis tentang situasi Covid-19 di China saat ini.

Pertemuan itu dilakukan, kemarin, Selasa, 3 Januari 2023, menyusul khawatir kemungkinan adanya varian baru saat kasus Covid-19 meledak di China beberapa waktu lalu.

 

WHO telah mengundang para ilmuwan China ke pertemuan tertutup yang berlangsung secara virtual guna membahas evolusi virus serta meminta data tentang varian mana yang beredar di negara tersebut.

Baca Juga: Pemerintah China Menyatakan Pembatasan perjalanan COVID-19 terhadap Pelancong asal China adalah Diskriminatif

"Kami ingin melihat gambaran yang lebih realistis tentang apa yang sebenarnya terjadi," kata Prof Marion Koopmans, ahli virologi Belanda yang duduk di komite WHO itu.

Berbicara kepada Reuters menjelang pertemuan, dia mengatakan beberapa data dari China, seperti angka rawat inap, tidak terlalu kredibel.

"Adalah kepentingan China sendiri untuk tampil dengan informasi yang lebih terpercaya," tutur Koopmans.

China mencabut kebijakan nol Covid-19 pada Desember 2022. Kasus COVID di negara itu sekarang melonjak, meskipun data resmi tidak merata.

Baca Juga: Mungkinkah lonjakan COVID-19 di China Menghasilkan Mutan Virus Korona Baru Yang Mematikan? Simak Infonya

Koopmans mengatakan mereka hanya melihat "sebagian kecil" dari kasus China yang genomnya diurutkan sejauh ini, yaitu sekitar 700, dan menyerukan pembentukan jaringan pengawasan global untuk melacak SARS-CoV-2.

"Saat ini, apa yang kami dapatkan sangat tidak merata, tetapi itu juga menjadi kenyataan di belahan dunia lain," kata dia.

Profesor Tulio de Oliveira, seorang ilmuwan Afrika Selatan yang juga duduk di komite WHO itu, telah mendeteksi sejumlah varian baru.

Baca Juga: China Pangkas Dua Hari Masa Karantina Kedatangan Internasional

Menurut dia, tentu saja akan baik untuk mendapatkan lebih banyak informasi dari China, tetapi ini juga berlaku secara global.

Sejauh ini, data pengurutan genom dari China yang diberikan ke hub GISAID daring menunjukkan varian yang beredar di sana merupakan cabang dari Omicron, sama dengan varian yang dominan di seluruh dunia.

Bulan lalu, Reuters melaporkan bahwa WHO belum menerima data dari China tentang angka rawat inap Covid-19 yang baru sejak Beijing mencabut kebijakan nol Covid-19.

Baca Juga: BMKG Ingakan Cuaca Ekstrem Masih Terjadi, Beribut Sejumlah Wilayah Potensi Hujan Lebat Disertai Petir

Hal itu mendorong beberapa ahli kesehatan untuk mempertanyakan apakah mungkin ada informasi tersembunyi tentang tingkat keparahan wabah di China.

De Oliveira juga mengkritik pembatasan yang diberlakukan oleh beberapa negara terhadap pelaku perjalanan dari China.

Dia mengatakan langkah tersebut sebelumnya dialami oleh Afrika Selatan, setelah memperingatkan dunia tentang varian Beta dan Omicron.

Baca Juga: Tinjau Penanganan Banjir Semarang, Menteri Basuki Instruksikan Tambah Kapasitas Pompa dan Pintu Air

"Satu hal yang harus kita lakukan tiga tahun setelah pandemi adalah belajar dari kesalahan kita. Untuk mendorong suatu negara berbagi lebih banyak data, cara terbaik adalah mendukung mereka dan tidak mendiskriminasi mereka dengan pembatasan perjalanan," ujar dia. ***

 

Editor: Erlan Kallo

Tags

Terkini

Terpopuler