Kreatif, Kunci Perawat Pasien Demensia Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

- 8 September 2021, 01:50 WIB
Ilustrasi penyakit demensia - Ada beberapa gejala pertanda akan mengalami penyakit Demensia yang ternyata bukan diawali oleh menurunnya daya ingat.
Ilustrasi penyakit demensia - Ada beberapa gejala pertanda akan mengalami penyakit Demensia yang ternyata bukan diawali oleh menurunnya daya ingat. /Pixabay/geralt/

SEPUTAR CIBUBUR – Perawat harus kreatif dan disiplin saat merawat penderita demensia agar tidak terpapar Covid-19, walaupun berada di rumah saja.

“Pada masa pandemi Covid-19 ini banyak orang mengalami serangan virus Covid 19, tidak terkecuali orang dengan demensia dan para pendampingnya. Selama masa pandemi ini, aktivitas untuk melakukan berbagai hal terutama untuk aktivitas di luar rumah menjadi sangat terbatas. Perawat sering bertanya apa yang bisa dilakukan bersama orang dengan demensia (ODD) saat harus di rumah saja atau bahkan saat menjalani masa karantina,” ungkap perawat Sri Mulyani S. Kep, Ns., M.Ng dalam keterangan resmi, Selasa 7 September 2021.

Kuncinya, kata Sri, adalah fokus pada kegiatan yang bermakna dan apa yang masih bisa dilakukan oleh ODD dan perawatnya tanpa bertemu orang baru dan harus keluar rumah untuk mengurangi risiko terpapar virus Covid-19.

Baca Juga: Vaksinasi untuk Ibu Hamil di Puskesmas Benteng, Kota Sukabumi

Misalnya, kata Sri, dengan berolahraga di rumah bersama ODD sesuai kemampuan. Berjemur bersama di pagi hari sambil berbincang tentang masa lalu, lalu makan bersama. Bisa juga memasak bersama, mencoba resep-resep baru yang sederhana, menggambar atau mewarnai, bermain permainan tradisional, dan lain-lain.

Perawat, kata Sri, harus kreatif dan tidak mudah menyerah ketika mencoba melakukan sesuatu bersama ODD. Namun perawat juga tidak boleh memaksa. Perawat harus fleksibel dan memastikan saat beraktifitas ODD merasa nyaman dan kebutuhanya terpenuhi (tidak lapar, tidak haus, dan tidak nyeri).

“Selain itu akan sangat baik jika perawat atau caregiver bisa mengikuti caregiver support group (kelompok pendukung caregiver) demensia salah satunya yang dikelola oleh Yayasan Alzheimer Indonesia, sehingga bisa berbagi tentang permasalahan yang dihadapi bersama caregiver lain yang senasib dan juga mendapatkan ide-ide lainya yang bisa dicoba,” ujar Sri.Selain itu juga, lanjut Sri, bisa mendapatkan informasi terkait webinar dan pelatihan terkait demensia yang diselenggarakan oleh berbagai pihak. 

Baca Juga: Ada Kuota 100 Vaksin per Hari di Puri Indah Mall: Terakhir 16 September 

“Sebagai perawat juga akan sangat baik jika bisa menyalurkan hobinya agar tidak terlalu merasa bosan jika harus di rumah saja. Misalnya, menulis diary atau menulis cerita sehari-hari yang terjadi dengan ODD, mencoba dan menggali hobi baru dengan kerajinan tangan, berkebun, membuat roti, menulis dan lain sebagainya sesuai dengan minatnya,” saran Sri.

Meningkat Pesat

Demensia adalah suatu sindrom gangguan penurunan fisik otak yang dapat memengaruhi fungsi kognitif (memori), emosi, daya ingat, perilaku, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Diperkirakan ada sekitar satu juta orang penderita Demensia Alzhemeir di Indonesia pada 2013. Jumlah itu diperkirakan meningkat drastis menjadi dua kali lipat pada 2030, dan menjadi empat kali lipat pada 2050.

Baca Juga: Buruan Daftar! Ciputra Group Sediakan Kuota 5.000 Dosis Vaksinasi Gratis di Banjarmasin

Mereka yang berada di usia 65 tahun ke atas merupakan kelompok yang paling berisiko. Namun tidak menutup kemungkinan mereka yang di bawah 65 tahun mendapatkan risiko tersebut. Hal ini dikenal dengan young-onset dementia”.

Sementara itu, pandemi meningkatkan risiko menderita demensia semakin tinggi atau meningkatkan keparahan demensia bagi penderitanya.

“Dampak infeksi Covid-19 pada otak yang paling sering adalah ensefalopati akibat peradangan pada susunan saraf pusat sehingga menyebabkan demensia,” kata Dokter Spesialis Saraf, Dr dr Astuti, Sp.S (K).

Baca Juga: Vaksinasi untuk Ibu Hamil di Puskesmas Benteng, Kota Sukabumi

Gejala ini bertahan beberapa bulan setelah penyakit awal. Gejala beragam seperti stroke dan gangguan fungsi kognitif (memori) atau daya pikir yang paling sering muncul adalah penurunan daya ingat atau pelupa, terutama memori baru atau mudah lupa mengingat hal-hal baru.

“Kondisi Brain Fog pada Covid-19, yaitu gejala penurunan fungsi berpikir yang ditandai dengan mudah bingung, mudah lupa, sulit konsentrasi, dan sulit membuat keputusan sehari-hari perlu di waspadai dan perlu pemeriksaan lanjutan,” papar dr Astuti.

Perkembangan Demensia, kata dr Astuti, ada beberapa tahap  perkembangan Demensia. Tahap awal berlangsung 2-4 tahun dengan gejala sering lupa, lupa waktu, tersesat di tempat yang dikenali.

Baca Juga: Ada Kuota 100 Vaksin per Hari di Puri Indah Mall: Terakhir 16 September 

Tahap menengah berlangsung 2-10 tahun dengan gejala lupa kejadian dan nama orang, tersesat di rumah sendiri, sulit berkomunikasi, sehingga butuh bantuan untuk merawat diri, perubahan perilaku mondar-mandir, berkeliaran hingga kabur dari rumah.

Sedangkan Tahap akhir berlangsung 1-3 tahun dengan gejala tidak sadar waktu dan tempat, tidak mengenali keluarga dan teman, sulit berjalan, menjadi agresif. ***

Editor: Ruth Tobing


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah