SEPUTAR CIBUBUR - Pelaku kejahatan dalam melakukan aksinya pasti disertai dengan suatu motif tertentu, entah itu motif harta, tahta ataupun asmara, seperti yang terjadi di kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang.
Yesmil Anwar kriminolog Universitas Padjajaran (Unpad) mengatakan dalam setiap kasus selalu ada tiga motif utama yang menyertai, yakni motif hubungan sosial, seperti asmara dan masa lalu, motif kekuasaan, serta motif harta.
Lamanya pengungkapan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang ini memunculkan pertanyaan dari Kriminolog Universitas Padjajaran (Unpad), Yesmil Anwar, yang menduga kasus ini adalah pembunuhan berencana.
Kriminolog dari FISIP Universitas Indonesia (UI), Iqrak Sulhin angkat bicara terkait lamanya pengungkapan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang.
Iqrak menegaskan, lamanya pengungkapan kasus pembunuhan Tuti dan Amalia dapat disebabkan karena motif belum ditemukan dan bukti atau petunjuk masih belum jelas.
Secara gamblang dijelaskan soal asmara yang diduga motif dari kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang.
Anjas mengulas dari awal soal penyidik saat itu meminta bukti print out buku tabungan.
Hal ini adalah memang salah satu pengembangan mencari motif dari kasus pembunuh ibu dan anak di Subang karena Tempat Kejadian Perkara (TKP) selain dipakai rumah juga dipakai kantor yayasan.
Namun saat itu publik tidak bisa mendapatkan informasi tentang isi rekening tersebut, karena bisa aja ada transaksi yang janggal namun hal ini tidak dipaparkan ke publik.
Baca Juga: Mengenal Sosok Wahyu Terkait Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang
Menurut Anjas dengan tidak diungkap ke publik itu bisa menimbulkan dua asumsi, yakni kewajaran karena data itu krusial, atau jangan jangan dari hasil print out memang ada transkasi yang mencurigakan.
"Transaksi nilainya yang tidak masuk akal dan tidak ada pertanggung jawaban karena memang Amel dan Tuti merupakan bendahara dan sekretaris. Nah ini bisa saja ada hubungannya karena Amel dan Tuti berhubungan dengan TKP," ujarnya.
Menurut Anjas, bisa saja ada sakit hati, mengingat Amel dan Tuti bersih, dana bantuan banyak, ada dana bos dan juga dana dana lain yang tidak ada pertanggungjawabannya.
"Jadi bisa saja kesitu tidak mau terbongkar maka dihabisi. Isu ini memang dari awal kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang muncul namun hingga kini belum terpecahkan," ujarnya.
Jangan jangan di print out itu takut ada oknum yang terlibat makanya kalau terungkap ada efek domino, akan terungkap juga kasus lainnya.
Memang motif ada hubungannya dengan sakit hati. Memang luas sakit hati itu bisa karena masalah asmara seperti ditolak cinta oleh Amel, atau ada yang melamar Amel lalu ditolak oleh Ibu Tuti.
Lalu bisa juga sakit hati karena tidak fair (tidak adil) pembagian hasil pekerjaan atau usaha lainnya, atau sakit hati dalam masalah pembagian kasih sayang yang juga tidak adil mengingat mereka punya orang dekat, baik yang se rumah atau di luar rumah.
Kemudian dugaan orang dekat itu juga bisa dikategorikan dekat secara fisik atau dekat secara hati.
Dugaan sakit hati muncul karena tidak adanya barang hilang, Yoris menyebut barang yang hilang hanya tiga alat komunikasi milik Amel, sedangkan uang Rp 30 juta untuk gaji guru dan perhiasan tidak hilang.
Dari itulah memang Anjas menyimpulkan dalam analisanya bahwa memang kasus pembunuh ibu dan anak di Subang ini salah satunya efek sakit hati.
"Sakit hati asmara, tidak fair, dan ini memang sakit hati soal Amel dan ibu Tuti juga belum klir," ujarnya.
Menjawab itu semua, menurut Anjas, harus ada bukti bukti, yang dikuatkan jejak DNA, jejak sidik jari, yang kalau dikembangkan bisa menjadi petunjuk.
"Petunjuk itu kan, alat bukti, keterangan ahli, keterangan terdakwa, keterangan saksi, keterangan surat (tulisan dan rekomendasi para ahli di kasus ini ada 7 orang ahli)," ujarnya.
Anjas pun kembali memastikan memang antara pelaku dan dalang orang berbeda karena ada dugaan masih ada jejak DNA yang belum diidentifikasi di tempat kejadian.
Orang yang membantu sudah diketahui penyidik Polda Jabar, tapi memang belum ada alat bukti yang kuat.
Anjas juga dalam analisanya menyebut bisa saja kasus pembunuh ibu dan anak di Subang ini terjadi karena kombinasi sakit hati asmara dan kredibilitas, mungkin saja ada orang di masa lampau ada kesalahan di masa lampau misal soal duit, dan bu Tuti serta Amel tahu kalau terungkap akan membawa mereka ke penjara.
"Bila bu Tuti dan Amel bongkar maka kasus masa lalu bisa terbongkar dan masuk penjara, karena itu lah kredibilitas dipertanyakan makanya Tuti dan Amel dihabisi," katanya.
Hal itu diperkuat adanya print buku tabungan yang di print out penyidik dan lokasi TKP merupakan kantor yayasan sekaligus rumah tinggal, lalu saat pembunuhan terjadi tidak ada barang yang hilang padahal uang Rp 30 juta ada di sana, ATM juga tidak hilang.
Analisa ini bisa menjadi menuju kebenaran untuk segera tertangkapnya pelaku pembunuh ibu dan anak di Subang.
Anjas juga mendukung pihak kepolisian yang terus berupaya untuk mengungkap misteri kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang.
Kinerja pihak Kepolisian harus dihargai dan diberikan apresiasi setingi-tingginya, walau terkesan lambat dalam pengungkapannya namun Polisi telah bekerja keras secara maksimal untuk segera menuntaskan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang.
Kepolisian tidak mau gegabah dalam menentukan tersangka pembunuh ibu dan anak di Subang yang kasusnya sudah memasuki hampir lima bulan lamanya ini.***