Webinar Paramadina Ulas Bagaimana Seseorang Terpapar Ekstrimisme

Tayang: 17 Maret 2024, 12:59 WIB
Penulis: Ruth Tobing
Editor: Tim Seputar Cibubur
Webinar Inspirasi Taqorrub-Ilalloh Lewat Kisah Perjalanan-Spiritual Para Tokoh: Edisi Mantan Ekstrimis. Sumber: Paramadina
Webinar Inspirasi Taqorrub-Ilalloh Lewat Kisah Perjalanan-Spiritual Para Tokoh: Edisi Mantan Ekstrimis. Sumber: Paramadina /

SEPUTAR CIBUBUR – Dr phil Suratno Muchoeri, Direktur The Lead Institute Universitas Paramadina mengatakan bahwa dalam studi terorisme untuk profiling kelompok ekstrem biasanya melihat tiga hal, 3N theories: Narative, Need, dan Network.

Hal itu dikemukakannya  dalam webinar "Inspirasi Taqorrub-Ilalloh Lewat Kisah Perjalanan-Spiritual Para Tokoh: Edisi Mantan Ekstrimis" yang dilaksanakan secara daring di Jakarta, Jumat, 15 Maret 2024.

Suratno mencoba menjelaskan bagaimana seseorang terpapar ekstremisme “Pertama tentang naratif, semua kelompok ekstrem Islam pasti alasannya jihad. Misalnya dalam kasus Kang MT (Matahari Timoer), narasi yang dominan dalam kelompok NII misalnya minazzulumat ila nur, kenapa? Karena NII menganggap NKRI thogut, negara tidak berdasarkan Islam,” katanya.

“Kedua, need atau motif, biasanya adalah kebutuhan fisik dan psikis. Kalau fisik biasanya lingkungan, makanya biasanya anak muda yang kurang pergaulan dia mudah masuk karena mereka butuh lingkungan. Kemudian psikis, yang berhubungan dengan kedamaian. Kang MT dulu pernah di jalanan, berkelahi dengan kehidupan yang keras sehingga orang butuh kedamaian secara spiritual,” tambah Suratno.

Baca Juga: Pascabom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar, Ridwan Kamil Warga Tenang dan Tak Perlu Takut Aksi Terorisme

Masih menurut Suratno kadang dikarenakan ada faktor kemiskinan juga. “Kalau miskin, kadang merasa gagal hidupnya, jika merasa gagal solusinya akhirnya kelompok ekstremis memberikan penawar kebahagiaan. Bahkan pada kelompok ekstrem seperti JI jadi pengantin.”

“Kemudian, network, Kang MT masuk ke NII sebagai network utama. Setelah hidup di jalanan, hampa spiritual, masuk ke masjid. Pada 1990 an, kelompok seperti NII memang adalah kelompok bawah tanah karena dikejar rezim Soeharto yang dianggap subversif. Recruiter-nya ke masjid, tanpa sengaja ketemulah di satu masjid, jadi network-nya adalah melalui masjid,” terangnya.

“Masalahnya dalam proses liminal, kenapa ada ekstremis taubat dan ada yang tidak mau bahkan sampai meninggal? Menurut teori itu, yang dilihat ada istilahnya push factor dan pull factor. Faktor pendorong datang dari Kang MT sendiri, tapi juga ada faktor dari luar atau faktor penarik. Yang bisa positif bisa juga negatif, di mana keputusan terakhir ada pada pelakunya sendiri,” jelas Suratno.

Narasumber lainnya Matahari Timoer (Kang MT) aktivis sosial dan juga mantan Ekstremis menceritakan perjalanan hidupnya.

Baca Juga: Tidak Terkait Terorisme, Densus 88 Tak Terlibat Penangkapan Pimpinan Khilafatul Muslimin Abdul Qodir

Halaman:

Sumber: Siaran Pers


Tags

Terkini

Trending

Berita Pilgub