Webinar Paramadina Ulas Bagaimana Seseorang Terpapar Ekstrimisme

- 17 Maret 2024, 12:59 WIB
Webinar Inspirasi Taqorrub-Ilalloh Lewat Kisah Perjalanan-Spiritual Para Tokoh: Edisi Mantan Ekstrimis. Sumber: Paramadina
Webinar Inspirasi Taqorrub-Ilalloh Lewat Kisah Perjalanan-Spiritual Para Tokoh: Edisi Mantan Ekstrimis. Sumber: Paramadina /

“Kita tahu kehidupan dalam gelembung ekstremisme seperti terjebak dalam labirin kegelapan, di situ kita merasa sudah menyebar pelita, cahaya kecil untuk menerangi masyarakat dengan slogan ‘dari kegelapan menuju cahaya’. Nah, keyakinan ideologis yang dipegang teguh menjadi tembok tebal yang membatasi ruang pandang dan membungkam suara hati,” ungkapnya.

Bagi mantan anggota gerakan bawah tanah yang melepaskan diri dari cengkeraman ekstremisme, kembali ke kehidupan normal adalah sebuah perjalanan spiritual yang penuh rintangan dan pergolakan batin.

Kang MT mengungkap adanya keraguan dan kebingungan.  “Awal mulanya saya bingung melihat kontradiksi ideologi dengan kenyataan di lapangan. Ketika saya melihat ada kekerasan dan kekejaman yang dilakukan atas nama Allah, itu kok begini sih, mulai tergerus keyakinan saya.”

“Tembok kedua, pencarian kebenaran. Rasa haus akan kebenaran mendorong untuk mencari informasi di luar cakupannya, membaca buku, artikel, dan berbicara dengan tokoh.  Saya ingin membuka mata terhadap realitas yang sebenarnya di masyarakat, dibandingkan dengan realitas yang saya alami,”imbuhnya.

Baca Juga: Cegah Terorisme dan Radikalisme, KAI Bekerja Sama dengan BNPT

Keputusan untuk meninggalkan gerakan bawah tanah menurutnya bukan perkara mudah, ancaman bahaya dan pembunuhan mengintai. “Saya sendiri ketika mau keluar dan perlawanan sudah makin terang-terangan, akhirnya kena hukuman dan darah kami dihalalkan.”

Kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi juga bukan hal yang mudah. “Di satu sisi saya melihat para pengelola negara, para politikus yang membuat saya pesimis, mereka korup bagaimana mungkin saya membenarkan pejabat korup, takluk pada oligarki, menumbalkan masyarakat adat untuk memenuhi kerakusan korporasi tambang, aparatur hukum yang bermain hukum,” papar dia,

“Melihat wajah tulus rakyat Indonesia yang saling respek terhadap keragaman, itulah yang membuat akhirnya memang apabila kita memang berniat untuk meninggalkan satu yang salah dan kembali kepada jalur normal, Tuhan tidak akan diam,” pungkasnya. (Lucius GK)

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah