Motif Mengejutkan Dibalik Aksi Peretasan yang Merugikan, Pakar dari Depok Ungkap Ada Hacker Cari Status

- 12 Agustus 2023, 11:41 WIB
Foto Ilustrasi hacker
Foto Ilustrasi hacker /

SEPUTAR CIBUBUR - Terdapat berbagai motif seseorang melakukan peretasan atau hacking.

Umumnya aksi peretas yang dilakukan oleh hacker adalah faktor ekonoi. Meski demikian, ada juga yang karena faktor politik.

Namun ada alasan lain di kalangan hacker mengapa aksi yang merugikan masyarakat itu kerap dilakukan.

Baca Juga: Berikut Beberapa Tips Dalam Mengamankan Mbanking Dari Incaran Hacker

"Umumnya peretasan dilakukan atas dorongan ekonomi karena data yang didapat tersebut bisa digunakan untuk mengambil harta dari pemilik data," kata Pakar forensik komputer dan security, Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Indonesia (UI) Ir. Setiadi Yazid, M.Sc., Ph.D.

Dikutip seputarcibubur.com dari Antara, Setiadi menyatakan data yang didapat bisa digunakan untuk masuk ke dalam sistem bank.

Di saat sistem sudah ditembus, semua pihak terutama nasabah jadi terancam karena otentikasinya sudah diketahui.

Data untuk otentikasi inilah yang diperjualbelikan. "Semakin penting informasinya, semakin besar harga data tersebut bisa dijual," kata Setiadi.

Selain motif ekonomi dan politik, Setiadi mengatakan ada juga ada yang melakukannya dengan tujuan mendapatkan status di kalangan para hacker, bahwa pelaku adalah seorang hacker yang hebat.

Dengan terjadinya kebocoran data yang diduga dari salah satu instansi pemerintah, Setiadi menyampaikan bahwa setidaknya pemerintah perlu memberikan arahan cara masyarakat dapat tetap mengamankan hartanya yang tersimpan di bank walaupun data pribadi mereka telah terbuka.

Pemerintah juga, katanya, harus melakukan perbaikan sistem karena dalam empat tahun terakhir telah terjadi kebocoran data lebih dari 80 kali.

"Tahun lalu saja sudah sembilan kali, semuanya terjadi dan dilewatkan begitu saja dengan pernyataan bahwa data yang bocor tidak sama dengan data yang tersimpan. Publik pun tidak banyak bisa berbuat, kemungkinan besar karena masih kurangnya kesadaran tentang dampak kebocoran data ini," kata Setiadi.

Melihat situasi tersebut, Setiadi memberikan saran kepada masyarakat sebagai pemilik data untuk mulai menggunakan otorisasi berlapis atau mengakali pertanyaan verifikasi dengan jawaban yang lebih personal dan mengganti password secara berkala.

Selain itu, masyarakat juga harus memiliki persiapan untuk menghadapi skenario terburuk ketika terjadi kebocoran pada data pribadi mereka.

Baca Juga: OJK Ungkap Yogyakarta Sebagai Pusat Hacker, Ingatkan Masyarakat Waspada Kejahatan Keuangan

Misalnya, rekening bank mana saja yang harus segera ditutup, dan cara-cara lain sesuai dengan prosedur perbankan yang ada.

Sedangkan untuk pihak bank maupun pemerintah, mungkin perlu mengubah pertanyaan dalam prosedur verifikasi menjadi pertanyaan yang lebih personal dan bervariasi sehingga kemungkinan untuk ditembus lebih kecil. ***

Editor: sugiharto basith budiman

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah