SEPUTAR CIBUBUR - Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), jelang data utama yang diperkirakan akan menunjukkan moderasi inflasi AS pada November pada basis tahun-ke-tahun, dan keputusan Fed yang kemungkinan memperlambat laju suku bunga pada akhir pertemuan Rabu 14 Desember 2022.
Sejak mencapai puncaknya pada akhir September, indeks dolar telah turun lebih dari 8,0 persen, dengan greenback diperkirakan akan berkurang daya tariknya dengan imbal hasil aset yang lebih rendah seperti obligasi pemerintah karena Fed melambat.
Dalam perdagangan sore, dolar naik 0,8 persen terhadap mata uang Jepang menjadi 137,71 yen.
Dolar juga naik versus franc Swiss, menguat 0,2 persen pada 0,9348 franc, naik juga versus dolar Australia dan Selandia Baru, yang masing-masing turun 0,7 persen dan 0,5 persen.
Euro datar terhadap dolar, diperdagangkan pada 1,0535 dolar. Mata uang tunggal Eropa telah naik hampir 8,0 persen sejauh ini di kuartal keempat, dengan investor yang sebelumnya mengandalkan Bank Sentral Eropa berpegang teguh pada kenaikan suku bunga yang agresif. Indeks dolar, yang mengukur nilai greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,31 persen menjadi 105,13.
"Kami telah merasakan bahwa dolar telah mencapai puncaknya dan kami merasa seperti itu selama beberapa minggu. Kami berpikir bahwa penurunan tersebut ada sejak puncaknya pada September dan menuji dua kali lipat pada akhir Oktober," kata Amo Sahota, direktur eksekutif di perusahaan konsultan valas Klarity FX di San Francisco.
Baca Juga: Dolar AS Terbang Tinggi Mengatasi Rupiah Pada Penutupan Transaksi Hari Ini, Ternyata Ini Penyebabnya
"Itu tidak berarti bahwa dolar akan langsung turun dari sini. Dolar bisa tetap tinggi tetapi tidak mendekati tertinggi, bukan tanpa dorongan baru."