Indonesia Kaya akan Budaya, Ini 5 Tradisi Unik di Antaranya

- 11 Maret 2023, 17:01 WIB
(Tradisi Mekare-kare, Sumber: Goodnewsfromindonesia.id)
(Tradisi Mekare-kare, Sumber: Goodnewsfromindonesia.id) /

SEPUTAR CIBUBUR -  Terbentuk dari ribuan pulau yang kaya akan sejarah, suku, dan budaya, Indonesia memiliki berbagai macam tradisi daerah yang turun temurun diwariskan dari generasi ke generasi untuk terus diingat dan dilakukan. Pada umumnya, tradisi memiliki unsur kebudayaan yang kuat mencakup kearifan lokal dan memiliki manfaat spiritual bagi masyarakat yang melakukan. Tradisi juga tidak jarang menjadi simbol suatu suku atau masyarakat di suatu daerah.

Menurut data sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2010, jumlah suku di Indonesia mencapai lebih dari 300 kelompok etnik, tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa. Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia memiliki banyak tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Banyak tradisi dilakukan sebagai bentuk kerukunan maupun penghormatan yang menjadi pengingat tersendiri bagi kita untuk selalu bangga dan ikut melestarikan tradisi yang dimiliki berbagai macam suku dan wilayah tersebut sejak zaman dahulu. 

Kamu penasaran nggak sih, tradisi daerah apa saja yang belum banyak diketahui banyak orang? Yuk, simak ulasan RedDoorz mengenai lima tradisi daerah yang jarang diketahui orang banyak berikut ini!

1. Tradisi Mekare-kare, Bali

Bali memang terkenal akan keindahan alamnya, dan kita juga mengetahui terdapat banyak sekali tradisi di balik keindahan alam tersebut. Bali memiliki kebudayaan yang sarat akan makna, salah satunya yaitu tradisi Mekare-kare atau yang biasa disebut Upacara Perang Pandan dari Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem. Upacara ini merupakan bentuk persembahan yang dilakukan sebagai penghormatan terhadap Dewa Indra, yang merupakan dewa perang dalam kepercayaan Hindu di Bali, serta untuk penghormatan para leluhur.

Upacara ini biasanya dilakukan tiap tahun pada sasih kalima atau jika dikonversi ke dalam kalender Masehi berlangsung setiap sekitar bulan Juni. Perang Pandan akan diawali dengan upacara memohon keselamatan, lalu upacara dimulai dengan aba-aba pemimpin adat Desa Tenganan. Setelah itu petarung akan memukul punggung lawan dengan cara merangkulnya terlebih dulu. Mereka akan saling memukul punggung lawan dengan daun pandan lalu menggeretnya. Karena itu ritual ini juga disebut mageret pandan. Selepas pertandingan, sudah dipastikan tidak ada amarah ataupun dendam karena peserta melakukan dengan ikhlas sebagai bagian dari upacara adat. Untuk melihat tradisi yang menegangkan ini, yuk, berkunjung ke Desa Tenganan! Jangan lupa untuk menginap di The Lavana Villa Catu Seririt atau RedDoorz Plus @ Singaraja.

  1. Tradisi Tabuik, Sumatera Barat

(Tradisi Tabuik, Sumber: Indonesiakaya.com)
(Tradisi Tabuik, Sumber: Indonesiakaya.com)
Tradisi asal Kota Pariaman, Sumatera Barat ini sudah berlangsung sejak abad ke-19 Masehi. Kata tabuik diambil dari bahasa Arab yakni tabut yang artinya peti kayu. Secara simbolik upacara ini menggambarkan kebesaran Allah SWT yang membawa terbang jenazah Husein ke langit dengan buraq karena meninggal mengenaskan dalam Perang Karbala.

Tradisi ini dilaksanakan secara besar-besaran karena melibatkan banyak orang, mulai dari persiapan hingga puncak acara. Dimulai pada tanggal 1 Muharram hingga 15 Muharram, tradisi Tabuik dimulai dengan mengambil tanah, menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, yaitu prosesi menyambungkan badan Tabuik dan pernak-perniknya seperti sayap, ekor, dan bunga salapan, dilanjutkan dengan hoyak tabuik yang merupakan upacara peringatan kematian Hasan dalam pertempuran di Bukit Karbala, dan akhirnya membuang Tabuik tersebut ke laut. Tradisi sarat makna spiritual ini hanya bisa kamu lihat di Sumatera Barat. Ketika berkunjung untuk melihat Tabuik, nginap di  RedDoorz Syariah @ Jalan Andalas Padang atau RedDoorz Plus Syariah @ Jalan Dr Sutomo Padang untuk beristirahat!

  1. Tradisi Bau Nyale, Nusa Tenggara Barat

(Tradisi Bau Nyale, Sumber: Phinemo.com)
(Tradisi Bau Nyale, Sumber: Phinemo.com)
Siapa yang pernah menyangka bahwa di Nusa Tenggara Barat terdapat tradisi unik menangkap cacing laut di sepanjang pantai Pulau Lombok. Tradisi ini dilakukan secara turun-temurun setiap tanggal 20 di bulan 10 pada penanggalan Suku Sasak (Rowot Sasak) atau di sekitar bulan Februari pada kalender masehi. Dalam tradisi ini, ribuan orang menangkap cacing laut (nyale) yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Mandalika sendiri dikenal sebagai putri cantik yang menghanyutkan diri ke laut lepas guna menghindari peperangan antar pangeran yang memperebutkan dirinya.

Tiap tahunnya, tradisi Bau Nyale diselenggarakan di sepanjang pantai bagian selatan hingga timur. Mulai dari Pantai Kaliantan, Pantai Seger, hingga Pantai Aan. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, banyak tidaknya nyale yang muncul setiap tahun, diyakini sebagai pertanda akan banyak tidaknya hasil panen para petani. Bagi kamu yang ingin turut meramaikan tradisi ini, kamu bisa mengunjungi Lombok pada bulan Februari dan jangan lupa menginap di Urbanview My Home One Gili Trawangan atau  The Lavana Dawn Light Villa.

Halaman:

Editor: Ruth Tobing

Sumber: Siaran Pers


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x