Ceng Beng: Tradisi Ziarah Kubur untuk Menghormati Leluhur

- 26 April 2024, 17:15 WIB
Perayaan Ceng Beng. Penghormatan orang Tionghoa pada makan orang tua dan leluhur mereka. ANTARA FOTO/ Jessica H Wuysang
Perayaan Ceng Beng. Penghormatan orang Tionghoa pada makan orang tua dan leluhur mereka. ANTARA FOTO/ Jessica H Wuysang /

SEPUTARCIBUBUR- Ceng Beng adalah tradisi ziarah kubur warisan nenek moyang masyarakat Tionghoa yang telah berlangsung sejak ribuan tahun silam.

Secara rutin masyarakat Tionghoa di Tanah Air menggelar tradisi ini sebagai bentuk penghormatan dan cinta mereka kepada para leluhur yang telah tiada.

Ziarah kubur ini diadakan setiap tanggal 4 & 5 April setiap tahunnya. Jika peringatan jatuh pada tahun kabisat, maka diadakan pada 4 April.

Baca Juga: Peremajaan Sawit Punya Banyak PR Besar

Dikutip dari website Museum Nasional Budaya Asia Institut Smithsonian, Washington DC, tradisi bagi para penganut Khonghucu ini diperingati di hari ke-15 pada persamaan panjang siang dan malam di musim semi.

Tradisi Ceng Beng juga dikenal sebagai Festival Qingming atau Festival Bersih Terang dan sudah berlangsung sejak lebih dari 2500 tahun lampau.

Namun, ketika Kaisar Xuanzong dari Dinasti Tang memerintah Tiongkok pada 732, ia meminta rakyatnya agar tidak perlu bermewahan dalam memberi penghormatan kepada leluhur, cukup berziarah ke pusara dan bersembahyang di sana. Kegiatan ini disebut juga dengan Hari Menyapu Pusara.

Baca Juga: Krisis Air Bersih, KLHK Awasi 15 Ribu Titik Pantau

Di Indonesia, tradisi Ceng Beng paling terkenal terdapat di Pekuburan Umum Sentosa, sebuah kompleks pemakaman di kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung. Lokasi pemakaman Sentosa berada di jantung kota, tepatnya di Jalan Soekarno-Hatta.

Berdiri di atas lahan seluas hampir 20 hektare dengan kontur tanah berbukit, kompleks pemakaman Sentosa disebut sebagai pemakaman Tionghoa terluas di Asia Tenggara.

Sejauh mata memandang, kita akan melihat deretan ribuan pusara khas Tionghoa berarsitektur unik dengan kepala makam berbentuk seperti dinding yang bagian atasnya membulat.

Status sosial dari orang yang dikuburkan di Sentosa akan tercermin dari bentuk dan ukuran makamnya.

Pada saat Ceng Beng masyarakat Tionghoa di Pangkalpinang sudah bergegas menuju Sentosa dari rumah masing-masing sejak pukul 02.00 WIB sambil membawa sajian untuk diletakkan di atas pusara.

Masing-masing berupa tiga jenis daging (samsang), tiga macam buah-buahan (samkuo), dan makanan vegetarian (caichoi).

Mereka tidak lupa menyalakan lilin, membakar hio dan dupa, menaruh uang palsu kertas (kimchin), dan tentu saja memanjatkan doa.

Ceng Beng telah menjadi agenda tahunan tetap pariwisata di kota Pangkalpinang, juga menjadi andalan karena mampu menyedot perhatian ribuan wisatawan termasuk peziarah dari seluruh dunia.***

 

Sumber: indonesia.go.id

Editor: Ruth Tobing


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah