Pendeta Yesaya Pariadji bersama dengan istrinya Darniaty Pariadji mengawali Gereja Tiberias Indonesia dengan memulai sebuah persekutuan doa pada tahun 1986.
Persekutuan doa inilah yang merupakan cikal bakal berdirinya Gereja Tiberias Indonesia (GTI) yang hingga kini memiliki jutaan jemaat.
Baca Juga: Wapres dan Menteri PUPR Tinjau Terowongan Silaturahmi Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta
Saat itu, Pendeta Yesaya Pariadji menjual aset-aset berharganya untuk kemudian mendirikan Gereja Bethel Indonesia Jemaat Tiberias.
Setelah adanya keputusan dari sinode GBI, bahwa nama-nama jemaat seperti Tiberias ini harus dihilangkan, kemudian Pendeta Yesaya Pariadji, sebagai gembala sidang GBI Tiberias, memisahkan diri dan membentuk sinode sendiri (Gereja Tiberias Indonesia).
Baca Juga: Anies Terima Persembahan Kurma dari Pendeta Gilbert: Pesannya Bantu Petani Palestina
Gereja Tiberias mempunyai beberapa lembaga yang dibawahi oleh gereja seperti STT Tiberias (Roxy) dan Sekolah Alkitab Tiberias.
Gereja Tiberias Indonesia mempunyai wadah pelayanan untuk kaum muda dengan nama "Boanerges Youth Ministry", berpusat di GTI cabang Balai Sarbini, Jakarta.
Gereja Tiberias Indonesia diketahui berkembang dengan cukup pesat, memiliki jemaat hingga jutaan orang.
Saat ini Gereja Tiberias Indonesia (GTI) memiliki cabang di beberapa kota, antara lain Jakarta, Manado, Bandung, Surabaya, Batam, Bali, Makassar, Semarang, Medan, Pontianak.