Renungan Malam Kristiani: Hidup Benar Banyak Tantangan

- 25 Februari 2024, 18:00 WIB
Renungan Harian Kristen /foto: pixabay
Renungan Harian Kristen /foto: pixabay /

SEPUTARCIBUBUR- Ayat renungan kita pada saat ini terdapat dalam Ezra 5:2-4 tertulis demikian:

“Pada waktu itu mulailah Zerubabel bin Sealtiel dan Yesua bin Yozadak membangun rumah Allah yang ada di Yerusalem. Mereka didampingi dan dibantu oleh nabi-nabi Allah.”

“Tetapi pada waktu itu juga datanglah kepada mereka Tatnai, bupati daerah sebelah barat sungai Efrat, bersama-sama dengan Syetar-Boznai dan rekan-rekan mereka, dan beginilah katanya kepada mereka: “Siapakah yang memberi perintah kepadamu untuk membangun rumah ini dan menyelesaikan tembok ini?”

Baca Juga: Pasca Reformasi, Masyarakat Sipil Nilai Pemilu 2024 Paling Kotor

“Lalu katanya pula kepada mereka: “Siapakah nama-nama orang yang mendirikan bangunan ini?”

Hidup dalam kebenaran ada banyak tantangannya. Ketika seorang anak muda mulai rajin mendekatkan diri kepada Tuhan, berdoa dan beribadah, meninggalkan kebiasaan buruknya, teman-temannya dari sebuah geng mulai mengejek dan menyindir sikapnya yang sok suci, lalu mengungkit masa lalunya yang kelam.

Situasi itu membuat anak muda ini merasa malu dan menjadi sungkan untuk meneruskan keputusannya. Tapi kembali ia menyadari bahwa ia tidak perlu mempedulikan apa kata orang dan tidak harus kalah dengan serangan ataupun ejekan yang ada sehingga iapun meneruskan untuk hidup dalam kebaikan.

Baca Juga: Berikut Tujuh Provinsi Yang Akan Lakukan Perhitungan Suara Ulang Berdasarkan Data Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Kita perhatikan dalam konteks Ezra 5:2-4 ini saat  Zerubabel bin Sealtiel dan Yesua bin Yozadak bersama dengan sekelompok orang Yehuda sedang membangun Bait Suci di Yerusalem ada seorang bupati bernama Tatnai yang mengintimidasi mereka dengan mempertanyakan soal legitimasi pembangunan rumah ibadah itu.

Ia juga menanyakan siapa saja nama-nama orang yang terlibat dalam pembangunan tersebut.

Ini merupakan sebuah intimidasi dan halangan langsung yang hendak menakut-nakuti dan menghambat mereka dalam mengerjakan pembangunan.

Membangun Bait Tuhan saja sudah sulit ditambah lagi dengan tekanan dan ancaman dari orang-orang di sekitarnya.

Ini bagaikan pekerjaan yang mustahil dilakukan. Sebab jumlah orang yang membangun tidaklah seberapa dibandingkan dengan orang-orang yang menghalangi pembangunan. Apalagi ada pihak penguasa yang berusaha untuk menggagalkan.  

Makna ayat ini secara praktis buat kehidupan kita pribadi adalah bahwa kita hendaknya tidak menyerah untuk hidup dalam kebaikan dan kebenaran.

Sebaliknya tetap semangat untuk hidup menuruti firman Tuhan meskipun ada suara-suara yang menentang sikap dan tindakan kita.

Dalam keluarga pun untuk membangun kehidupan yang benar dapat dikatakan tidak mudah. Ketika kita mau mengadakan mezbah keluarga, mau berdoa bersama, halangan itu bisa muncul dari luar maupun dari dalam diri kita sendiri.

Kadangkala ada perasaan malu atau enggan untuk mengajak isteri atau suami atau anak-anak atau anggota keluarga lain untuk berdoa bersama, membaca firman Tuhan bersama.

Tapi sebagai orang percaya bagaimanapun juga kita harus berani untuk bersikap benar mendirikan suatu kehidupan beribadah mulai dari dalam rumah tangga dan terutama bersikap benar dalam keseharian kita.

Apapun tantangan yang ada mari tetap setia dan teguh dalam menghidupi kebenaran firman Tuhan. Bangunlah hidup kita yang rohani, jangan malu, jangan takut dengan berbagai kritikan, ejekan atau penentangan dari orang-orang di sekitar kita.

Selama yang kita lakukan adalah hal yang baik, yang benar  seturut dengan firman Tuhan lakukanlah itu dengan setia.

Dalam berbagai tantangan yang ada di dunia ini mari tetap hidup benar. Bangun hubungan dengan Tuhan, muliakan Tuhan dalam kehidupan kita. ***

 

Sumber: Youtube Renungan Malam

Editor: Ruth Tobing


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x