SEPUTAR CIBUBUR – Berdalih menghindari petumpahan darah, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri pada hari Minggu ketika gerilyawan Islam (Taliban) memasuki Kabul hampir tanpa perlawanan.
Ashraf Ghani dikabarkan melarikan ke negara Uzbekistan, namun kemudian dibantah melalui situs resmi President.gov.af, Minggu, 15 Agustus 2021, yang menyebutkan Ashraf Ghani berangkat ke Uzbekistan untuk menghadiri sebuah konferensi internasional.
Ashraf Ghani disebutkan didampingi Menteri Luar Negeri Mohammad Hanif Atmar, Pelaksana Menteri Keuangan Khalid Payenda and Kepala Staf Presiden Abdul Matin Bek.
Melihat kondisi Afganistan, Dewan Keamanan PBB pun menyerukan diadakannya pembicaraan untuk membentuk pemerintahan baru di Afghanistan, dikutip Seputarcibubur.com dari Reuters, Minggu, 17 Agustus 2021.
Langkah ini diambil setelah, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Keamanan PBB Antonio Guterres memperingatkan pembatasan "mengerikan" terhadap hak asasi manusia dan pelanggaran terhadap perempuan dan anak perempuan.
Setali tiga uang dengan Ashraf Ghani, mantan Perdana Menteri Afghanistan Gulbuddin Hekmatyar mengatakan, dia menuju ke Doha untuk bertemu dengan delegasi Taliban pada hari Selasa, didampingi oleh mantan Presiden Hamid Karzai dan kepala Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional, Al Jazeera TV melaporkan.
Utusan dari Amerika Serikat, Cina dan negara-negara lain telah bertemu dengan negosiator pemerintah Afghanistan dan perwakilan Taliban di Qatar untuk pembicaraan damai pada hari-hari menjelang perebutan Kabul oleh Taliban.
Berkuasanya kembali Taliban membuat banyak warga Afghanistan khawatir akan diterapkannya kembali ke praktik keras di masa lalu.