Pengembangan Tanaman Bioenergi Bisa Jadi Solusi Ganda, Rehabilitasi Lahan dan Penyediaan Energi Terbarukan

- 4 Mei 2022, 18:30 WIB
Buah tumbuhan nyamplung
Buah tumbuhan nyamplung /PIXABAY/sarangib/

Menurut Ary, pihaknya bekerja sama dengan sejumlah mitra seperti pusat penelitian kehutanan internasional (CIFOR),  National Institute of Forest Science (NiFoS) Republik Korea, dan juga mitra-mitra lokal di Indonesia untuk mengidentifikasi areal dan jenis tanaman yang cocok untuk dikembangkan.

Ketua umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo mengatakan  pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) siap mendukung pengembangan bioenergi sambil memulihkan lahan gambut terdegradasi.

“PBPH bisa menerapkan multiusaha kehutanan dengan pola paludikultur agroforestry untuk mendukung kebijakan tersebut,” katanya.

Paludikultur adalah sistem budidaya di lahan gambut yang mengoptimalkan jenis-jenis tanaman asli atau tanaman lain yang adaptif. Untuk pemanfaatan jangka pendek bisa dilakukan dengan menanam serai wangi dan jelutung yang bisa disadap getahnya untuk pemanfaatan jangka panjang.

Baca Juga: Mengenal 3 Spesies Orangutan: Hanya Ada di Indonesia, Kenali Perbedaannya

Sedangkan untuk jangka menengah bisa dimanfaatkan dengan menanam tanaman bioenergi seperti gamal, yang kayunya memiliki nilai kalori tinggi tak kalah dengan batubara.

Tanaman gamal bisa dibudidayakan dengan sistem trubusan (coppice) yang berarti pohon tidak perlu ditebang habis untuk pemanfaatan kayunya.

“Saat ini pola paludikultur ini sedang diuji coba di salah satu PBPH di Kalimantan Barat,” kata Indroyono.

Dia mengatakan kayu gamal bisa dimanfaatkan dalam bentuk serpih atau diolah menjadi wood pellet untuk selanjutnya menjadi pendamping atau pengganti batubara di pembangkit listrik.

Baca Juga: KLHK Tegaskan Sawit Bukan Tanaman Hutan, Sebut tak Ada Rencana Revisi Aturan

Halaman:

Editor: sugiharto basith budiman


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x