“Orang itu ketika bertemu dengan Buya itu nangis-nangis, meminta maaf. Dan sebenarnya seperti seorang anak yang ingin disayang oleh bapaknya,” tuturnya.
Senada dengan Ghazali, Erik Tauvani Somae, Penulis Buku “Mozaik Keteladanan Buya Syafii Maarif” menceritakan, Buya Syafii Maarif sering dikonotasikan sebagai orang berpaham liberal, sehingga banyak anak muda Islam yang anti dengannya.
Namun setelah diajak lebih dekat mengenal Buya, stigma tersebut mulai luntur.
“Mereka anti karena anggapan liberal dan lain sebagainya, walaupun belum pernah ketemu bahkan membaca karyanya pun tidak. Tetapi setelah dekat dengan Buya menjadi sangat ngefans, dan seringkali ingin diajak lagi silaturahmi ke Buya, dan menjadi pembela Buya," tuturnya. ***