Pada Dialog Kehutanan Asia Pasific FAO, Indonesia Jelaskan Agenda FOLU Net Sink Terstruktur dan Sistematis  

- 3 Oktober 2023, 08:39 WIB
Dirjen PHPL KLHL Agus Justianto dan Peter Kanowski dari Australian National University usai dialog di APFC30 FAO
Dirjen PHPL KLHL Agus Justianto dan Peter Kanowski dari Australian National University usai dialog di APFC30 FAO /KLHK/

 

SEPUTAR CIBUBUR - Indonesia menegaskan bahwa FOLU Net Sink 2030 adalah agenda nasional yang meski ambisius namun terstruktur dan sistematis sehingga sangat memungkinkan untuk tercapai. Kolaborasi internasional diperlukan untuk mendukung tercapainya agenda yang berkontribusi pada upaya pengendalian perubahan iklim global itu.

Demikian dinyatakan oleh Dirjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Agus Justianto pada dialog bertajuk ‘National Climate Action Policies, Strategies, and Challenges in the Forestry and Land Use (FOLU) Sector yang digelar jelang sidang Asia-Pasific Forestry Commission (APFC) Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) ke-30 di Sidney, Australia, Senin, 2 Oktober 2023. Dialog tersebut dibuka oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia, Siswo Pramono.

“Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 adalah agenda ambisius kami, yang mewujudkan komitmen nyata dari tingkat lokal hingga global,” kata Agus.

Baca Juga: Produk Kayu Sebagai Penyimpan Karbon (Carbon Pool), FAO Mau Bikin Perhitungan

Melalui agenda FOLU Net Sink, Indonesia merancang sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (FOLU) akan mencapai tingkat serapan karbon yang lebih tinggi dibandingkan emisinya pada tahun 2030 dan dapat berkontribusi sekitar 60% dari total target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia pada tahun 2030 seperti tercantum dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC). Pondasi dari agenda FOLU Net Sink adalah pengelolaan hutan lestari, tata kelola lingkungan, dan tata kelola karbon.

Agus menjelaskan strategi utama untuk mencapai FOLU Net Sink. Pertama menekan deforestasi. Dalam tiga dekade terakhir, Indonesia sukses menekan laju deforestasi ke titik paling rendah. Dari yang sebeumnya pernah mencapai jutaan hektare per tahun menjadi hanya 113,5 ribu hektare pada periode 2021-2022.

Upaya mencegah deforestasi dan pelepasan emisi GRK akibat kebakaran hutan dan lahan juga berhasil dicapai melalui pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca, penguatan pengendalian karhutla, dan program masyarakat peduli api (MPA). “Berdasarkan pengalaman itu, Indonesia percaya bahwa FOLU Net Sink sangat mungkin untuk dicapai,” kata Agus.

Strategi kedua adalah pengurangan degradasi hutan. Salah satu cara yang dilakukan adalah pengembangan model bisnis Multi Usaha Kehutanan (MUK) yang mendorong perusahaan pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) untuk tidak hanya fokus pada pemanfaatan hasil hutan kayu tapi juga pada hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan.

Halaman:

Editor: sugiharto basith budiman


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x